Beranda BERITA Pewarta di Era Revolusi Radio 4.0

Pewarta di Era Revolusi Radio 4.0

Doc: Komsos Keuskupan Surabaya
Doc: Komsos Keuskupan Surabaya

TUNTUTAN perubahan corak komunikasi kian menguat, perkembangan teknologi pun semakin canggih. Dunia kini memasuki era revolusi industri 4.0, semua insan dan industri harus bersiap menghadapi tantangan, tak terkecuali insan pewarta dan industri media massa. Pengaplikasikan konsep Industri 4.0 dalam karya pewartaan merupakan upaya nyata Gereja untuk menyelaraskan dan memaksimalkan peran karya komunikasi sosial di Indonesia.

Radio turut ambil bagian atas tuntutan ini, berevolusi mengikuti tren teknologi cerdas yang menggabungkan teknologi otomasi dan teknologi siber, yang kita kenal dengan istilah ”Radio 4.0 = see what you hear”. Seluruh elemen yang mendukung keberhasilan radio pun perlu dirancang pola penyesuaian sedemikian rupa sehingga menghasilkan keselarasan digitalisasi sesuai dengan harapan.

Doc: Komsos Keuskupan Surabaya

Penambahan fungsi visual inilah yang menjadi daya tarik khusus,dimana pendengar bisa mendengarkan suara sekaligus melihat wajah penyiarnya dan seluruh aktivitas di dalam studio, kita kenal dengan istilah siaran streaming di web maupun media sosial. Konvergensi internet, media sosial dan visualisasi merupakan faktor utama terwujudnya pengembangan ini sehingga perlu mendapat perhatian khusus dari para insan radio.

Radio sejatinya berfungsi sebagai teman ketimbang alat hiburan, raihan pendengar menjadi tolak ukur kesuksesan program siaran sekaligus indikator ketepatan strategi radio programming. Tuntutan untuk selalu berinovasi menjadi pekerjaan rumah bagi semua insan radio pewarta, diperlukan usaha lebih agar tercipta hasil yang dapat melampaui kelaziman, mengandung banyak kebaikan dan membentuk kekuatan ikatan emosional. Saling bahu membahu dan memelihara komitmen berjejaring akan membentuk dasar dan ciri khas yang kokoh bagi kemajuan karya pewartaan. Dalam sesi lanjutan Errol Jonathans selaku nararumber memaparkan mengenai keberhasilan ataupun kegagalan sebuah radio terletak pada 5 elemen penting penilaian, yakni:

1.Jangkauan siaran

2. Musik

3. Penyiar

4. Program

5. Kemasan

Pengaruh musik dalam menjaring para pendengar, menduduki peran penting urutan kedua faktor penentu keberhasilan radio.

Musik

Radio tanpa musik itu kering, sehingga perlu ada gabungan yang menarik antara berita dan musik. Pada kesempatan ini Errol mengajak para perwakilan radio/keuskupan untuk terlibat langsung dalam praktek seleksi musik, semua peserta diajak melalukan survey kecil untuk mengukur selera musik pendengar sehingga harapannya dapat membantu para pewarta dalam menyusun playlistnya kelak.

Doc: Komsos Keuskupan Surabaya
Doc: Komsos Keuskupan Surabaya

24 peserta yang dibagi berasal dari perwakilan keuskupan dan rumah produksi siaran radio dibagi menjadi 4 kelompok, berdasarkan 3 kategori usia. Selembar kertas dibagikan bertuliskan ”tingkat pengenalan dan tingkat kesukaan”, dua indikator ini menjadi poin utama dasar penilaian dalam mengukur selera musik. Satu persatu lagu diputar, dan peserta diminta untuk mengkategorikan tingkat pengetahuan dan selera terhadap musik yang diputar.

Setelah itu peserta secara bersama-sama dalam tiap kelompok menghitung hasil penjumlahan kemudian menyusun klasifikasi dalam 6 elemen penilaian penataan musik, yakni gender, jenis, lead, mood, beat dan kategori, kemudian dianalisis dan disimpulkan. Rata-rata dari penjumlahan yang didapat, akan menjadi tolak ukur dalam penentuan playlist musik sebuah program yang disiarkan radio, ini merupakan salah satu strategi yang diterapkan agar dapat menjangkau lebih banyak pendengar. Antusias para peserta terasa kuat saat itu, senyum sumringah tergambar pada wajah mereka, kaget mengetahui hasil akhir playlist musik favorite sesuai dengan kelompok usia masing-masing.

“Revolusi digital telah tiba, Radio pewarta 4.0 siap mengudara”