Beranda SEPUTAR VATIKAN Urbi Petir Dahysat Hantam Kubah St. Petrus Vatikan

Petir Dahysat Hantam Kubah St. Petrus Vatikan

PETIR dahsyat menghantam kubah Basilika Santo Petrus. Peristiwa itu mengagetkan warga kota Roma, persis bertepatan dengan pesta Our Lady Rosario. Pesta Maria Ratu Rosario, sebuah perayaan dengan asal usulnya bukan hanya dari kesadaran doa mendalam tapi juga setelah melalui sebuah pertempuran bersejarah.

Petir dahsyat menghantam kubah Santo Petrus sekitar pkl. 09: 20, sebelum hujan badai turun di kota Roma. Polisi Vatikan melaporkan, tidak ada kerusakan terjadi akibat petir dahsyat itu.

Mereka yang dekat dengan Vatikan, mulai dari garda Swiss hingga para pemilik toko lokal, merasa shock dengan kejadian tersebut.

“Saya di kamar mandi  ketika suara keras petir terdengar beberapa detik dan tampaknya itu mengguncang segalanya. Saya begitu shock dan merasakan suara petir itu terdengar melebihi gempa bumi atau badai salju, “kata seorang warga yang tinggal di dekat Basilika Santo Petru sebagaimana dilansir Aleteia.

Seorang pemilik bar kopi lokal Italia menambahkan: “Semua berguncang.  Saya bisa merasakannya di paru-paru saya. Seolah-olah napas berhenti sejenak.”

Petir dahsyat pagi itu mengingatkan “baut biru” yang pernah menghantam kubah basilika Santo Petrus pada tanggal 11 Februari 2013 – bertepatan dengan pesta Our Lady of Lourdes – hanya beberapa jam setelah Paus Benediktus XVI mengejutkan Vatikan dengan pengumumannya mundur sebagai pemimpin tertinggi Gereja Katolik.

Perisitiwa yang terjadi pada  saat itu bertepatan dengan pesta Maria, Ratu Rosario.

Awalnya pesta ini dinamakan  Our Lady of Victory – Maria, Ratu Kemenangan, pesta yang digagas oleh Paus St. Pius V untuk menghormati Santa Perawan Maria atas peristiwa kemenangan orang Kristen dalam melawan Turki pada Pertempuran Lepanto.

Pastor Steve Gurnow mengomentari “Word on Fire” karya Uskup Robert Barron tentang asal-usul hari raya ini sebagai berikut:

Pada tanggal 7 Oktober 1571 armada kapal yang dirakit oleh pasukan gabungan dari Naples, Sardinia, Venice, Kepausan, Genoa, Savoy dan Knights Hospitaller berjuang dalam sebuah pertempuran luar biasa dengan armada Kekaisaran Ottoman. Pertempuran berlangsung di Teluk Patras di Yunani bagian barat. Meskipun kalah jumlah oleh pasukan Ottoman, pasukan gabungan yang disebut  dengan “Liga Suci” memenangkan pertempuran itu. Kemenangan ini membatasi upaya  Kekaisaran Ottoman untuk mengontrol Mediterania, menyebabkan pergeseran seismik dalam hubungan internasional dari Timur ke Barat. Dalam beberapa hal, dan saya tidak ingin klaim ini harus dibesar-besarkan, dunia yang kita kenal muncul saat ini bersumber dari peristiwa kemenangan ini. Peristiwa  ini kemudian dikenal dalam sejarah sebagai “Battle of Lepanto.”

Maria, Ratu Rosario
Maria, Ratu Rosario

Paus Pius V sungguh  merasakan bagaimana perjuangan keras pasukan gabungan, memerintahkan gereja Roma dibuka untuk berdoa siang dan malam, mendorong umat beriman untuk mengadakan doa Rosario.  Ketika “Liga Suci” ini mencapai kemenangan gemilang, ia menambahkan hari raya baru ke Kalender Liturgi Romawi.  Tanggal 7 Oktober untuk selanjutnya ditetapkan sebagai  pesta Our Lady of Victory. Paus Pius V, penerus Paus Gregory XIII kemudian mengubah nama hari ini menjadi  hari raya Rosario Kudus.

The Battle of Lepanto
Peristiwa pertempuran Lepanto atau The Battle of Lepanto

Penulis biografi juga melaporkan bahwa setelah pertempuran Lepanto berakhir, Paus St Pius V bangkit dan pergi ke jendela, di mana ia berdiri menatap ke arah Timur. Kemudian berbalik dan  berseru “Armada Kristen yang menang!” Dan ia meneteskan air mata penuh syukur.

Mungkin saja “baut biru” dari langit yang menghantam kubah Vatikan 4 hari lalu itu mendorong anak-anak Gereja agar mendedikasikan bulan Oktober ini bagi Maria, mengambil senjata nan sederhana namun kuat: Rosario, lambang suci.***

 

Artikel ini dapat dibaca juga di Aleteia.org.