“Aku inilah yang paling hina di antara semua rasul, sebab aku telah menganiaya jemaat Allah. Tetapi karena kasih karunia Allah, aku adalah sebagaimana aku ada sekaarang, dan kasih karunia yang dianugerahkanNya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras daripada mereka semua, tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah menyertai aku” (1Kor 15:9-10). Demikianlah kata-kata Paulus tentang dirinya sendiri.
Selama tigapuluh tahun setelah peristiwa Pentekosta, Paulus, yang saat itu masih bersama Saulus, menganiaya orang-orang serani di Yerusalem. Ia pun menyaksikan peristiwa pembunuhan atas diri Stefanus, seorang diakon yang penuh hikmah dan kuasa Roh Kudus. Pada suatu ketika, Paulus pergi ke Damsyik untuk menangkap orang-orang Kristen yang ada di sana. Ia mendapat izin khusus untuk membawa orang-orang Kristen itu ke Yerusalem untuk dianiaya. Tetapi apa yang terjadi? Di tengah perjalanan, ia dihadang oleh Yesus dengan suatu pancaran cahaya ajaib dari langit, yang membutakan matanya. Paulus rebah ke tanah. Lalu berserulah Yesus dari dalam cahaya itu: “Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?”. Saulus menjawab: “Siapakah engkau Tuhan?” “Akulah Yesus yang kauaniaya itu….” (Kis 9:1-19a). Kepada Yesus, Paulus bertanya: “Tuhan, apa yang Kaukehendaki aku perbuat?” Kata-kata ini meluncur dari sebuah hati yang dahulu keras bagai batu, namun telah lembut oleh karena rahmat Allah. Inilah kata-kata awal yang menghantar Paulus ke gerbang tugasnya sebagai Rasul kaum kafir.
Ia tidak lagi menjadi pengaiaya Yesus melainkan penyayang Yesus yang paling unggul. “….orang ini adalah alat pilihan bagiKu untuk memberitakan namaKu kepada bangsa-bangsa lain serta raja-raja dan orang-orang Israel….” Demikian kata Yesus kepada Ananias. Paulus kemudian tampil sebagai seorang rasul yang besar pengaruhnya di kalangan bangsa kafir. Dialah pewarta Injil dan pendiri Gereja-gereja di antara kaum kafir. Pada pesta pertobatannya ini, patutlah kita mendoakan semua orang yang belum mengenal Yesus dan InjilNya agar mereka pun peroleh keselamatan dalam Kristus Yesus serta kemuliaan kekal (2Tim 1:10).
Sumber: ekatolik
Inspirasimu : Santo Fransiskus de Sales : 24 Januari
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.