Rekan-rekan yang budiman!
Minggu ke XXXII/A tgl. 9 November 2014 ini bertepatan dengan peringatan pemberkatan Basilika St. Yohanes Lateran di Roma yang didirikan oleh Kaisar Konstantinus pada abad ke 4 di lahan yang dulu milik keluarga bangsawan yang bernama Lateranus. Karena menjadi gereja resmi dari uskup Roma, Basilika Lateran juga menjadi katedral. Basilika ini beberapa kali dibangun kembali. Ujud yang sekarang ini berasal dari abad ke 17. Basilika St. Yohanes Lateran salah satu dari empat Basilika Agung, atau Basilika Patriarkal di Roma, bersama Basilika St. Petrus, St. Maria Maggiore, dan St. Paulus.
Injil bagi perayaan ini, Yoh 2:13-22, menceritakan bagaimana Yesus membersihkan Bait Allah. Akan ditunjukkan pula kaitannya dengan bacaan kedua, yakni 1Kor 3:9b-11.16-17.
PASAR HEWAN DAN BISNIS VALAS DI BAIT ALLAH
Seperti diceritakan Yohanes, pembersihan Bait Allah itu terjadi menjelang hari raya terbesar orang Yahudi, yakni Paskah. Bukan Paskah Kristen yang belum ada waktu itu. Menjelang hari itu orang-orang berdatangan ke Yerusalem menunaikan kewajiban mempersembahkan kurban di Bait Allah. Karena alasan praktis, tidak banyak yang membawa sendiri hewan persembahan. Maklum syarat-syarat bagi hewan yang pantas dipersembahkan tidak sebarangan. Karena itu ada layanan penjualan hewan yang memenuhi syarat. Pada zaman itu dipakai uang Romawi yang memuat gambar Kaisar. Tetapi larangan agama mengenai gambar manusia membuat uang Romawi haram dipakai membeli hewan kurban. Karena itu ada jasa penukaran ke mata uang Yahudi yang hanya bisa dipakai di tempat suci. Para pedagang dan penukar uang bertempat di serambi Bait Allah yang juga boleh dimasuki orang bukan Yahudi atau orang yang tidak bermaksud mempersembahkan kurban. Sebelum mendalami lebih jauh, marilah berkonsultasi dengan seorang pakar ilmu tafsir.
YESUS KALAP?
TANYA: Yesus yang biasanya berpenampilan tenang berwibawa kok sekarang kalap mengobrak-abrik dagangan orang. Bagaimana kelakuan ini bisa dijelaskan?
PAKAR: Anda ini pengin cepat-cepat jadi kayak murid-murid Yesus yang dikatakan dalam ayat 17 ingat akan Mzm 69:9 (10). Tapi peristiwa itu perlu kita amati dengan lebih jeli.
TANYA: Lha apa keliru?
PAKAR: Masih ingat beberapa waktu yang lalu orang-orang turun ke jalan mengusung “mayat reformasi”? Bayi reformasi yang dikandung dengan susah payah dan dilahirkan dengan penderitaan itu ternyata mati sebelum sempat dewasa. Yesus sebenarnya sedang menggelar “unjuk rasa” dengan gaya seperti itu.
TANYA: Wah, penjelasan ini belum pernah saya dengar. Orisinil! Bagaimana, bagaimana kelanjutannya?
PAKAR: Ada baiknya tafsir makin peka akan dunia Kitab Suci sendiri. Gini lho. Yesus tampil seperti nabi yang melakukan “tindakan simbolik” untuk membuka mata orang. Anda ingat Yeremia (Yer 13:1-11) yang memperagakan tindakan menyembunyikan ikat pinggang di celah batu di pinggir sungai Efrat. Setelah beberapa waktu diambilnya kembali ikat pinggang itu, tapi sudah lapuk. Lalu ia bernubuat bahwa orang Israel kini lapuk seperti ikat pinggang itu. Tak lagi layak dikenakan. Dalam gaya busana orang sana dulu, ikat pinggang menunjukkan sosok orang yang memakainya. Umat yang tidak “nyingset” ke Tuhan, tidak bisa membuat-Nya dikenal orang lagi.
TANYA: Kembali ke Injil Yohanes. Jadi Yesus bukan bermaksud menghantam praktek dagang dan tukar uang?
PAKAR: Yesus bukan tokoh agamaist fanatik yang kalap ngobrak-abrik usaha orang lain. “Unjuk rasa” itu kejadiannya begini. Dengan disaksikan banyak orang, Yesus bersama murid-muridnya sengaja datang ke serambi Bait Allah membawa dagangan dan meja penukar uang. Orang bertanya-tanya dalam hati apa guru terkenal ini mau bersaing dagang sapi, merpati, dan buka bisnis valas. Aneh, ia juga menjalin cemeti. Dan ketika rasa ingin tahu orang memuncak, ia tiba-tiba menjungkirbalikkan meja dagangan, mencambuki hewan yang dibawanya sendiri sambil menghardik murid-murid yang memainkan peran sebagai pedagang dan penukar uang: “Enyahlah, jangan bikin rumah Bapaku ini jadi pasar!” (ayat 16). Dan pada saat itu juga, masih termasuk pementasan ini, murid-murid berkomentar samping – gaya “aside” – mengutip Mzm 69:9(10), “Kalap sungguh aku oleh kobaran cintaku pada Bait-Mu!” Drama yang mementaskan tindakan simbolik selesai di sini. Tapi serambi yang morat-marit masih terlihat.
TANYA: Wah, penjelasannya ini lebih klop! Tapi apa orang-orang waktu itu paham bahwa Yesus memperagakan tindakan simbolik seperti nabi-nabi dulu?
PAKAR: Perjanjian Lama mereka kenal dengan baik. Mereka ingat tindakan simbolik para nabi. Drama ikat pinggang Yeremia itu tak asing, ini bacaan mereka sejak kecil. Akan terbayang pula Yesaya yang menanggalkan alas kaki dan pakaian tanda berkabung (Yes 20:1dst ), lalu juga Yeremia yang memanggil orang agar menonton bagaimana ia memecahkan buli-buli kurban jahanam (Yer 19:1.13) atau Yehezkiel yang menggelar lakon pengepungan Yerusalem kayak dalang wayang klitik (Yeh 4:1-5:17) sambil bernubuat akan adanya kelaparan di kota itu. Bahkan kehidupan pribadi pernah ditayangkan para nabi sebagai tindakan simbolik. Yehezkiel menunggui mayat istri terkasihnya tanpa meneteskan air mata atau berkabung dan bernubuat bahwa kehancuran Yerusalem nanti sedemikian tak dinyana sampai orang tak sempat menangisinya (Yeh 24:15); Hosea mentalak istrinya yang serong dan menerangkannya sebagai pertanda Tuhan mentalak Israel yang tak setia kepada-Nya (Hos 1-3).
TANYA: Tentunya hanya tokoh yang berwibawa bisa melakukan tindakan simbolik seperti itu?
PAKAR: Betul. Karena itu menurut Yoh 2:18 orang-orang menantang apa Yesus bisa menunjukkan ia mempunyai hak menjalankan tindakan simbolik itu. Lihat, mereka bukannya bereaksi melawan tindakan Yesus mengobrak-abrik pasar hewan dan bisnis valas karena memang ia tidak mengganggu-gugat perdagangan yang sungguhan di situ.
TANYA: Lalu ringkasnya apa yang hendak disampaikan Yesus?
PAKAR: Orang-orang tercengkam oleh keadaan morat-marit yang dipertontonkan Yesus di serambi Bait Allah. (Seperti dalam layat “mayat reformasi” tadi: yang dicerap orang bukan tindakan menggotong mayat, melainkan suasana pedih dan frustrasinya.) Yesus mengajak orang menyadari betapa jungkirbalik kehidupan Bait Allah mereka terima begitu saja. Bait Allah kini hanya dapat menjadi ibadat luar belaka saja dan orang bahkan lebih sibuk dengan mana hewan kurban yang mulus dan mana mata uang yang cocok. Yesus mengajak orang mencari Bait yang membuat batin plong, yang membuat orang menikmati hadirnya Tuhan, Bait yang bisa memberi kehidupan. Dan itu ialah dirinya.
YOHANES DAN INJIL-INJIL LAIN
Peristiwa “pembersihan” Bait Allah diceritakan keempat Injil dengan sudut pandang masing-masing.
- Yohanes menaruh episode itu pada awal karya Yesus untuk menekankan bahwa sejak awal Yesus mau mengajak orang mengarahkan diri ke Bait yang didirikan Tuhan sendiri, yakni dirinya yang dibangkitkan Tuhan.
- Ketiga Injil lain (Mrk 11:15-17; Mat 21:12-13; Luk 19:45-46) menaruhnya pada hari-hari terakhir kehidupan Yesus untuk menekankan kontras antara Bait Allah yang morat-marit itu dengan Bait yang akan dibangunnya kembali dalam tiga hari.
- Berbeda dengan Yohanes, Injil Markus, Matius dan Lukas tidak menghubungkan pernyataan Yesus akan membangun kembali Bait yang hancur dalam waktu tiga hari dengan tindakannya di Bait Allah.
- Di lain pihak Markus dan Matius melaporkan bahwa pernyataan itu menjadi salah satu tuduhan terhadap Yesus dalam Mahkamah Agama (Mrk 14:58; Mat 26:61) dan juga diolok-olok orang-orang yang lewat di muka salib (Mrk 15:29; Mat 27:40). Yohanes tidak menghubungkan kata-kata itu dengan tuduhan maupun olok-olok itu. Lukas tidak menyebutnya sama sekali, tetapi ia menggarap bahan ini dengan caranya sendiri: seluruh Kisah Para Rasul memuat cerita bagaimana gereja yang tumbuh pesat itu adalah karya Roh Yesus yang membangun kembali Bait yang baru.
Bagaimanapun juga kata-kata tentang membangun kembali Bait yang runtuh dalam tiga hari ini memang menjadi hal yang dipersoalkan oleh mereka yang menonton tindakan simbolik pembersihan Bait, oleh mereka yang menuduh Yesus di Mahkamah Agung, dan oleh mereka yang mengolok-oloknya waktu ia disalib. Dalam ketiga hal itu Yesus menghadapi ketakpercayaan orang. Kata-kata itu sendiri mengungkapkan keyakinan Yesus. Pembaca Injil dapat memeriksa diri di mana sedang berdiri.
KAITAN DENGAN BACAAN KEDUA (1Kor 3:9b-11.16-17)
Dalam 1Kor 3:9b-11.16-17Paulus menggambarkan komunitas orang percaya sebagai ladang dan bangunan yang diperuntukkan bagi Allah. Ibarat ini kuat. Ladang diharapkan memberi hasil bila mau terus disebut ladang. Juga bangunan kukuh dan betul-betul bisa didiami oleh-Nya sendiri.. Menurut Paulus, kekuatan “bangunan” ini ialah Kristus sendiri. Maksudnya, komunitas baru sungguh bisa berkembang bila memang bertumpu pada Kristus. Bila begitu maka memang dapat menjadi tempat hadirnya roh ilahi. Dan tempat ini tak boleh dikaburkan dengan pandangan-pandangan sendiri mengenai keilahian. Dalam bacaan Injil ditunjukkan bagaimana kemorat-maritan umat yang tidak lagi membiarkan kehadiran ilahi tampil.
Bisakah warta tindakan simbolik Yesus di Bait Allah itu dipakai untuk menyoroti gereja dan lembaga agama yang kadang-kadang terasa kurang menepati inspirasi asli dan yang morat-marit? Memang mudah menjadikan gereja institusional sebagai sasaran amatan seperti ini. Namun penerapan ini kurang tepat dan malah memerosotkan warta Injil. Juga bisa mengundang debat kusir eklesiologi. Lebih berguna melihat arah lain.
Ada “relung-relung keramat” bagi Tuhan dalam hidup kita. Semua itu dibangun dengan itikad baik. Namun tindakan simbolik Yesus tetap menyapa. Bukan dalam arti agar batin makin dibersihkan. Wartanya jauh lebih tajam. Yesus mengajak melepaskan bangunan itu. Mengapa? Bait yang kita akrabi dan pelihara itu sebenarnya tak banyak artinya karena akan runtuh. Yang bakal terus ada ialah Bait yang dibangunnya kembali dalam kebangkitannya. Kita dihimbau agar merelakan relung-relung suci dan bangunan keramat dalam diri kita. Leburkan dalam satu Bait yang hidup, yakni dia yang bangkit itu. (Ahli-ahli tenung di Efesus merelakan ilmu hitam mereka termasuk kitab-kitab wasiat ketika mereka menyatakan diri percaya kepada Yesus, lihat Kis 19:18-19.) Ini hidup rohani yang mengarahkan diri ke Sana, ke Dia, ke Bait Allah yang hidup, ke Bait yang sungguh. Simpanan keramat memang tumbuh dari kebutuhan manusia untuk mendekati Yang Ilahi, tapi Yang Ilahi malah bisa dijadikan semacam barang koleksi yang dirumat, diberi sajian kurban khusus yang dibeli dengan uang yang khusus..!
Yesus sang Utusan Allah itu, telah menunjukkan betapa morat-maritnya dasar keyakinan rohani seperti itu kendati dihayati dengan jujur. Romo-romo Yesuit akan teringat Latihan Rohani yang mulai dengan upaya menyadari betapa aktivitas kita-kita ini sebenarnya kacau-balau. Melepas bangunan-bangunan keramat itu memang askese yang menggentarkan.
Keterangan foto: Basilika st. Yohanes Lateran, ilustrasi dari it.wikipedia.org
Pastor Yesuit, anggota Serikat Yesus Provinsi Indonesia; profesor Filologi Semit dan Linguistik di Pontificum Institutum Biblicum, Roma.