MIRIFICA.NET – Pondok Pesantren – Madrasah Nurul Huda, Setu, Bekasi dan Sekolah Santo Yoseph melaksanakan satu kegiatan bersama bertema “Cinta Indonesia – Wisata Kota” dalam rangka memperingati Hari Pahlawan, Minggu, (10/11). Berbeda dari kegiatan sebelumnya yang diikuti seluruh siswa, kegiatan kali ini hanya dimeriahkan oleh para Guru dan pimpinan dari dua lembaga ini. Mengambil tempat di sekitaran Jakarta untuk berwisata, mengunjungi objek-objek wisata yang menjadi trademark Ibukota. Ancol, Balai Kota DKI Jakarta dan Monumen Nasional menjadi tempat tujuan menikmati waktu dan kebersamaan, saling bertukar pikiran dan berbagi pengalaman. Para pahlawan tanpa tanda jasa ini memberikan teladan persaudaraan dalam hidup bersama penuh dengan kerukunan dan kegembiraaan.
Kepala sekolah SMA Santo Yoseph Harvest City, Ignatius Ponco Hyuwono mengatakan melalui kegiatan ini, harapannya agar pesan persaudaraan dapat tersampaikan satu dengan yang lain, cinta kasih tercermin nyata dalam kehidupan bersama sehari-hari, saling menghargai keberagaman untuk sebuah harapan besar yakni bersama berusaha memberikan peranan melalui dunia pendidikan untuk Indonesia yang lebih maju.
Mengobarkan semangat nasionalis para peserta wisata, saat acara hiburan mengiringi santap siang bersama, Lagu Bendera, karya grup band Cokelat dan pembacaan puisi menjadi pilihan. “Merah putih teruslah kau berkibar. Di ujung tiang tertinggi di Indonesiaku ini”, sepenggal lirik dari sekian banyak lagu yang dinyanyikan bersama-sama.
Disamping itu, ada sedikit acara kejutan yang dilakukan beberapa alumni Sekolah Santo Yoseph. Di Monumen Nasional, mereka datang dan memberikan karangan bunga kepada para guru dan pimpinan dua lembaga ini. Menurut Saktijani Lie, perwakilan alumni yang datang, mereka ingin menyatakan penghargaan atas jalinan persaudaraan yang telah dirintis Pondok Pesantren – Madrasah Nurul Huda, Setu, Bekasi dan Sekolah Santo Yoseph. Ia berharap, semangat menghargai keberagaman yang diteladankan para guru kedua lembaga pendidikan ini semakin tumbuh dalam kehidupan bermasyarakat.
Di Monumen Nasional ini juga, seluruh yang hadir bersama-sama menyanyikan Lagu Satu Nusa Satu Bangsa, karya Liberty Manik dan Indonesia Pusaka, karya Ismail Marzuki, Bagimu Negeri karya R Kusbini. Seorang alumni Sekolah Santo Yoseph, Dian Anggraini, juga menyumbangkan acara berupa pembacaan puisi karya Syaifuddin Sholih berjudul “Berhentilah Indonesia”. Alunan musik mengiringi pembacaan puisi ini. “Darah kita darah NKRI. Berhentilah jadi rayap-rayap negeri”, kata sepenggal isi puisi itu.
KH Atok Romli Mustofa, M.Si., pimpinan Pondok Pesantren – Madrasah Nurul Huda, Setu, Bekasi yang turut hadir sejak pagi hingga berakhirnya acara ini menyampaikan beberapa hal. Diantaranya mengingatkan akan pentingnya menanamkan rasa persaudaraan, kasih sayang, semangat kebhinekaan untuk anak-anak dan kaum muda. “Lembaga pendidikan mempunyai peran besar, untuk mewujudkan hal itu, dirinya pun merasa senang atas hubungan baik yang selama ini sudah berjalan antara Sekolah Santo Yoseph dan lembaga yang dipimpinnya.” Ujarnya menutup acara sebelum makan siang bersama. (Yohannes Sugiyono Setiadi/ Stefani Ira)
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.