Yesus datang membawa pemisahan jelas antara kebenaran dan kepalsuan, antara ketulusan dan kejahatan, antara keselamatan dan kebinasaan, antara kehidupan dan maut, antara rahmat dan dosa, antara terang dan gelap. Yesus sendiri datang ke dunia yang berdosa. Ia adalah Sang Jalan, Kebenaran, dan Kehidupan. Siapa di pihak Dia, maka berada di pihak kebenaran, ketulusan, keselamatan, kehidupan. Sebaliknya, siapa yang berada di pihak kepalsuan, kejahatan, kegelapan, maut, dosa, kebinasaan akan menentang pihak Yesus. Karena itulah, siapa yang ada di pihak Yesus pastilah bertentangan dengan pihak kegelapan.

Dunia kita terbelah antara yang pro kebenaran dan pro kepalsuan. Pertentangan ini merupakan keniscayaan. Siapa ada di pihak kebenaran pastilah selamat dan menyelamatkan dunia. Barangsiapa di pihak kejahatan maka akan mengalami kebinasaan dan ia pun berusaha menyeret dunia kepada kebinasaan.  Contoh paling nyata ialah bagaimana pertentangan antara pangan sejati melawan pangan tidak sejati. Pangan sejati ialah pangan yang bermanfaat bagi jasmani kita sekaligus masyarakat kita secara keseluruhan. Pangan sejati membuat kita memiliki rasa keadilan. Pangan sejati ialah pangan lokal. Produk pangan lokal ialah sejati, asli, adil, manusiawi, dan menghidupkan. Indonesia memiliki potensi alam yang luar biasa. Negara khatulistiwa ini merupakan penghasil 400 jenis tanaman buah, 370 tanaman sayur, 70 tanaman berumbi, dan 55 jenis rempah-rempah.  Namun, impor masih tetap menjadi solusi utama untuk memenuhi kebutuhan pangan Indonesia. Pertentangan terjadi di sini. Apakah kita memilh makanan berserat dan alami daripada bahan-bahan yang tercemari zat pengawet (http://nationalgeographic.co.id/berita/2014/04/mari-peduli-dan-cintai-pangan-lokal)? 

Pertanyaan reflektif:

Apakah sikapku terhadap pertentangan yang sejati dan yang palsu ini? Aku di pihak siapa? 

Doa:

Allah Maharahim, syukur atas Sabda Kristus ini. Kuatkanlah aku agar mau memilih berpihak pada Kristus, juga dalam hal memilih pangan yang sejati, yang lebih menghidupkan diri dan sesama kami. Amin. (RD Y. Dwi Harsanto)

Kredit foto: Ilustrasi