Beranda KWI Pertemuan Dosen Katolik: Peneguhan Spiritualitas dan Jejaring (1)

Pertemuan Dosen Katolik: Peneguhan Spiritualitas dan Jejaring (1)

CUACA  Kota Jakarta yang kurang bersahabat rupanya tidak menyurutkan tekad para dosen katolik yang hadir memenuhi undangan Komisi Kerasulan Awam (Kerawam) KWI di aula pertemuan lantai 4 di gedung KWI, Jakarta (22/1). Para dosen tersebut berasal dari berbagai universitas. Selain dari Unika Atma Jaya dan STIK Tarakanita, mereka yang hadir lebih banyak berasal dari perguruan tinggi non katolik seperti Trisakti, Binus, UNJ, Mercu Buana, Ukrida, ditambah satu dosen Santo Thomas Medan.

Acara diawali dengan perayaan ekaristi bersama yang dipimpin oleh Mgr. Ignatius Suharyo, Uskup Agung Jakarta dan Ketua Presidium KWI dengan didampingi oleh Romo Edy Purwanto (Sekretaris Eksekutif KWI), Romo Guido Suprapto (Sekretaris Eksekutif Komisi Kerawam KWI), dan Romo Adisusanto SJ (Kepala Dokpen KWI). (Baca juga: Pertemuan Dosen Katolik: Menjadi Panutan, Referensi, dan Pemimpin (2)

Gambaran Allah Sang Kasih
Dalam homilinya, Mgr. Suharyo mengupas cerita tentang pengakuan atas ke-Tuhanan Yesus oleh setan yang diusirnya, oleh para rasul, dan oleh seorang tentara ketika Yesus disalib. Hal ini bisa dibaca dalam Injil Markus. Pada awal dan tengah, pengakuan tersebut dilarang untuk disebarluaskan oleh Yesus sendiri, tetapi yang terakhir Dia biarkan.

Untuk mengetahui alasan perbedaan perlakukan tersebut, Mgr. Suharyo secara guyon menyebutkan perlu ditanyakan langsung jawaban pastinya ke yang bersangkutan yaitu Yesus sendiri. (Baca juga: Catholic intellectuals come together in Jakarta to boost Church’s presence in society

Uskup Agung KAJ yang merupakan ahli kitab suci mumpuni ini kemudian menjabarkan telaahnya tentang maksud dari Markus. “Markus,” urai Mgr. Suharyo,” ingin menampilkan wajah Allah yang sangat khusus; bukan Allah yang membuat mukjizat seperti biasa ditampilkan. Gambaran Allah yang menderita tidak pernah ada di Kitab Perjanjian Lama. Maka cerita Markus tentang hidup Yesus di Injil merubah gambaran Allah sebagai Allah Sang Kasih.”

Biasanya Allah dilabeli sebagai Yang Maha Kuasa, hal yang rupanya ingin ditiru oleh manusia sehingga manusia jatuh ke dalam dosa. Tidak mudah untuk sampai memahami pengalaman bahwa Allah itu Sang Kasih. Seperti pengalaman Paus Fransiskus sendiri dalam kunjungan ke Filipina. Dalam satu pertemuan dengan orang muda katolik (18/1), Paus tertegun mendengar pertanyaan yang dilontarkan Glyzelle Palomar, mantan anak jalanan berusia 12 tahun. Pada waktu itu Glyzelle menanyakan ‘mengapa Tuhan membiarkan anak-anak menderita?’ dan terisak di ujung cerita pengalaman hidupnya yang menyedihkan.

“Kita diajak untuk yakin bahwa Allah itu Kasih, maka marilah menjadi saksi tentang Allah Sang Kasih tersebut,” demikian ajak Mgr. Suharyo di ujung homilinya.

Kredit foto: Royani Lim/Sesawi.Net