Perpas XI Menghasilkan Rekomendasi Pastoral
PERTEMUAN PASTORAL (Perpas) ke-11 yang berlangsung selama sepekan (22-27/07/2019) di Aula Hotel Matahari,Atambua, berakhir dengan menghasilkan satu rekomendasi pastoral. Bahasan dan ide pokok tentang Migran Perantau yang menjadi tema utama pertemuan akbar ini tidak saja menjadi kecemasan pemerintah, tapi juga persoalan pastoral yang serius di Regio Nusa Tenggara.
Rekomendasi Perpas dibacakan oleh Romo Dr. Theo Asa Siri, Pr sebagai anggota Steering Commite (SC), dan juga salah satu narasumber, pengamat dan perumus. Pembacaan rekomendasi dilakukan saat misa penutupan di lokasi lapangan pameran kreatif, depan Rumah Uskup Atambua, (Jumad, 26/07/2019). Dalam rekomendasi ini para Uskup Regio Nusra melihat bahwa gejala migrasi sudah ada di muka bumi sejak adanya manusia. Dalam era globalisasi dewasa ini migrasi sudah menjadi kenyataan yang bersifat permanen, struktural dan berdimensi kompleks dalam tingkat internasional, nasional, regional dan lokal.
Para uskup melihat ada sisi positif dari kesaksian setiap Keuskupan tentang migran perantau. Ada pengalaman sukacita dan dukacita. Secara positif, migrasi memberikan lapangan kerja, dana untuk kesejahteraan keluarga. Namun sisi negatifnya tersingkap pula kisah pilu dari migrasi. “Ada kasus perdagangan manusia, rusaknya relasi perkawinan dan hidup berkeluarga. Terbengkelainya pendidikan anak-anak. Hilangnya tenaga kerja produktif di daerah asal, pengalaman traumatik akibat kekerasan, perasaan tidak nyaman akibat dikejar-kejar oleh pihak keamanan,” demikian beberapa point yang terumus dalam rekomendasi. Selesai pembacaan rekomendasi, langsung diikuti dengan penyerahan kepada Uskup Atambua, Mgr. Dominikus Saku, Pr sebagai ketua SC, disaksikan para Uskup, imam, biarawan-biarawati dan umat yang hadir dalam misa ini.
Salah satu point penting yang ditekankan dalam rekomendasi ini adalah migran hendaknya menjadi subjek pastoral. Migran tak boleh sekedar menjadi objek pastoral belaka, tapi subjek evangelisasi dalam Gereja. Gereja hendaknya memungkinkan dan menggerakkan migran untuk mewujudkan perannya sebagai nabi, imam dan raja untuk mewartakan, menguduskan, dan melayani agar semakin terwujudlah kaum beriman yang semakin toleran, adil dan bersaudara serta menjadi garam dan terang di tengah-tengah dunia ini.
Uskup Agung Kupang, Mgr. Petrus Turang yang menjadi selebran utama misa penutupan Perpas Nusra, menyampaikan beberapa catatan berkaitan dengan masalah pastoral migran dan perantau. Baginya Gereja perlu menaruh kepedulian yang besar terhadap migran perantau. Tidak semata seruan pastoral tapi juga mampu memberikan pendampingan yang nyata. “Ada banyak masalah yang kita hadapi. Ada yang pulang dari merantau dengan tangan kosong bahkan gila karena tekanan hebat yang dia alami diperantauan. Ini kondisi yang sangat memprihantikan. Di sinilah Gereja katolik menaruh kepedulian kepada mereka dan semua pihak yang terlibat dalam perdagangan orang. Manusia yang diperdagangkan sungguh diturunkan derajatnya. Di sini Gereja tegaskan siapa pun dan dalam bentuk apa pun agar tidak terlibt dalam perdagangan orang,” ucapnya tegas.
Sementara Mgr. Dominikus Saku, selaku tuan rumah mengucapkan terima kasih kasih atas kehadiran Para Uskup Regio Nusa Tenggara yang telah berkenan hadir dalam pertemuan. Kehadiran para uskup dari 8 keuskupan sebagai wajah baru yang menampakkan satu kebersamaan, persaudaraan, persekutuan. Lebih lanjut, Mgr Domi mengapresiasi kerja sama peserta Perpas. “Aula pertemuan menjadi saksi kisah-kisah sedih yang melanda banyak saudara-saudari kita. Juga menjadi saksi kisah sukses. Semuanya adalah perjuangan dan kita serahkan semuanya kepada Tuhan untuk melengkapinya. Terima kasih untuk semua saja yang telah memberikan perhatian dan dukungan dalam pertemuan ini,” kata Uskup Domi.
Pertemuan pastoral ini pun langsung ditutup oleh Bupati Belu, Wilibrodus Lay, mewakili Gubernur NTT yang tidak sempat hadir. Ikut hadir dalam misa ini ketua panitia perayaan Perpas ke-11, Petrus Bere, sejumlah besar imam dan umat Allah.
Dalam Perpas tahun ini juga diselenggarakan pameran ekonomi kreatif yang menghadirkan karya peserta dari paroki-paroki di Keuskupan Atambua, serta para sponsor dari beberapa Bank yang ada di Kabupaten Belu. Hadir juga paguyuban dari masing-masing Keuskupan yakni Keuskupan Agung Kupang, Keuskupan Ruteng, Keuskupan Weetebula, Keuskupan Agung Ende, Keuskupan Larantuka, Keuskupan Denpasar dan Keuskupan Maumere.*
Ed. Kamilus
Imam Diosesan Keuskupan Atambua, Sekretaris Komisi Komsos, Penulis dan Fotografer