SABTU (27/5) malam ini halaman Gedung Paschalis, Jl. Gereja, Purwokerto, Jawa Tengah dipenuhi warga yang menyaksikan pergelaran Wayang Wahyu dengan lakon Yudas Makabe, sebuah cerita yang diambil dari Kitab Suci.
Romo Agustinus Handi Setyanto Pr, Pastor Paroki Gombong, Jawa Tengah bertindak sebagai Ki Dalang diiringi para sinden dan penabuh gamelan dari Paguyuban Karawitan Sekar Setaman Kutoarjo dengan wiranggono Nyi Rahmawati.
Pejuang besar
Yudas Makabe (atau Yudas Makabeus, bahasa Ibrani: יהודה המכבי, Yehudah HaMakabi) adalah anak lelaki ketiga dari imam Yahudi Matatias. Yudas memimpin pemberontakan Makabe melawan Kerajaan Seleukus (167-160 SM) dan dipuji sebagai salah seorang pejuang terbesar dalam sejarah Yahudi, bersama-sama dengan Yosua, Gideon dan Daud.
Yudas adalah putra ketiga dari Matatias dari keluarga Hasmoni, seorang imam Yahudi dari desa Modiin. Pada 167 SM Matatias, bersama-sama dengan anak-anaknya yang lain, Yehuda, Eleazar, Simon, dan Yonatan, memulai suatu pemberontakan melawan penguasa Seleukus Antiokhus IV Epifanes, yang sejak 175 SM telah mengeluarkan berbagai keputusan yang melarang praktik-praktik keagamaan Yahudi. Setelah kematian Matatias pada 166 SM, Yehuda mengambil alih pimpinan pemberontakan itu sesuai dengan pesan ayahnya sebelum meninggal dunia. Kitab 1 Makabe memuji keberanian dan bakat kemiliteran Yehuda, mengatakan bahwa sifat-sifat tersebut membuat Yehuda sebagai pilihan yang tepat untuk menjadi panglima yang baru.
Pada hari-hari pertama pemberontakan itu, Yehuda mendapatkan nama keluarga Makabe. Beberapa penjelasan telah diajukan tentang nama keluarga ini. Salah satu pendapat mengatakan bahwa nama ini berasal dari kata dalam bahasa Arammaqqaba, “palu”, sebagai pengakuan atas keberaniannya dalam pertempuran. Ada pula kemungkinan bahwa nama Makabe adalah singkatan untuk ayat Torah Mi kamokha ba’elim YHWH, “Siapakah yang seperti Engkau, di antara para allah, ya Yahweh!” (Keluaran 15:11).
Mengingat keunggulan pasukan-pasukan Suriah pada dua tahun pertama pemberontakan ini, strategi Yudas adalah menghindari keterlibatan dengan pasukan regular Dinasti Seleukus, dan mengambil strategi perang gerilya, untuk memberikan kepada mereka rasa tidak aman. Strategi ini memungkinkan Yudas memperoleh serangkaian kemenangan. Di Nahal el-Haramiah, ia mengalahkan sebuah pasukan kecil Suriah di bawah komando Apollonius, yang terbunuh. Yudas merebut pedang Apollonius dan menggunakannya hingga matinya sebagai lambang balas dendam. Setelah Nahal el-Haramiah, banyak pasukan baru yang bergabung untuk mendukung perjuangan Yahudi.
Mantan Jesuit, Pendiri Sesawi.Net, Jurnalis Senior dan Anggota Badan Pengurus Komsos KWI