Pasola, sebuah upacara perayaan syukur pada roh-roh leluhur yang ditampilkan dalam tarian menjadi penampilan paling menyedot perhatian para tamu di Aula SMK Pancasila, Weetebula, Sumba Barat Daya pada Kamis (29/5/2014) malam.
Betapa tidak. tarian yang berasal dari Kodi, Sumba Barat Daya ini tampil begitu meriah dan rancak, menceritakan keindahan pasola Sumba, sebuah ketangkasan bermain lembing yang dilakukan sambil naik kuda.
Tarian berdurasi 20 menit ini dibawakan oleh kelompok penari dari sanggar tari Wanno Turra dari Weetebula. Berasa makin luar biasa dan menarik ketika teriakan-teriakan kegembiraan muncul dari mulut dari para perempuan (payaghau) dan laki-laki (pakalaka) dewasa.
Malam budaya yang diikuti oleh seluruh siswa SMK, SMP dan SMA se-Sumba makin meriah dengan penampilan dari grup penari lain yang membawakan tarian Woleka dan tarian Rias Diri, Tari bambu serta Tarian Kayadak dari Sumba Timur.
Empat grup tari dari berbagai sanggar dan tiga grup vokal menjadi penampil utama dalam malam meriah ini. Grup vokal dari tiga peserta ini membawakan lagu Mars Hari Komunikasi Sosial Nasional ke-48.
Penampilan vokal grup dan tari diselingi dengan sajian grup musik Vox Verbi. Grup yang terdiri dari para remaja SMP Katolik Stella Maris Waikabubak, Sumba Barat ini juga memberi sajian yang tak kalah luar biasa menyeret perhatian para tamu dengan gabungan musik kolintang, angklung, organ, drum dan biola. Dengan kompaknya para pemain musik dan vokalis menghibur para tamu.
“Kebudayaan itu terbuka. Kreativitas tidak pernah berhenti. Karena itu perkayalah diri dengan tarian-tarian kita yang memiliki beragam gerak. Biasanya kita menari tangan dan kaki, tapi perut tidak,” ujar salah satu juri lomba menari Romo Willy CSsR.
Mantan Jesuit, Pendiri Sesawi.Net, Jurnalis Senior dan Anggota Badan Pengurus Komsos KWI