DALAM semiloka story telling untuk Katekis Generasi Muda Keuskupan Agung Medan (KAM), Romo Teguh Budiarto, Pr., selaku fasilitator pelatihan, menekankan bahwa story telling didasari dari public speaking, kemudian saling melengkapi. Namun, ada perbedaan antara public speaking dan story telling.
“Public speaking pesannya langsung, kalau story telling, ceritanya cenderung fiktif dan pendengar diajak juga masuk ke dalam suasana cerita,” jelas Romo Teguh.
Romo Teguh menunjukkan sejumlah video: dokumentari, cuplikan acara TV, video klip, sebagai contoh cerita yang punya alur, tertata, dan tetap ada pesan.
Ia menambahkan, seni bercerita zaman sekarang sangat mungkin dilengkapi dengan teknologi: gambar, film, musik. “Dari zaman dulu, cerita bentuknya narasi lisan. Justru kita harus kreatif supaya bila tidak ada teknologi, kita juga tetap dapat menyampaikan cerita itu,” Romo Teguh mengingatkan.
Pelatihan kemarin (4/8) ditutup dengan completerium bersama.
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.