MIRIFICA.NET – KETUA Badan Pengurus Yayasan KARINA – Caritas Indonesia, Mgr. Aloysius Sudarso, SCJ menegaskan, “Keterbukaan untuk saling memberikan masukan dan diwujudnyatakan sebagai tanda bahwa kita mau berubah.”
Penegasan itu disampaikan Uskup Agung Emeritus Palembang ini dalam Real Time Evaluation (RTE) yang diadakan oleh Caritas Indonesia bersama Jaringan Nasional Caritas Indonesia, 1-3 Desember 2021 di Denpasar, Bali.
“Kebersamaan akan menambah optimisme untuk bersatu dalam karya pelayanan kemanusiaan dalam konteks Gereja Katolik di Indonesia,” ujarnya.
Kebersamaan, menurut Mgr. Sudarso, bisa menjadi dorongan bagi keuskupan-keuskupan agar tidak berpegang pada otonomi masing-masing.
Mgr. Sudarso mengatakan, pelayanan kemanusiaan tidak dapat dilakukan sendiri, tapi membutuhkan kebersamaan dan solidaritas bersama.
“Yang penting bagi Gereja Katolik Indonesia, dalam pelayanan harus bersinergi dengan baik. Harapannya, forum yang kita jalani selama beberapa hari ini, menjadi kekuatan bagi gereja, sehingga tekad kebersamaan itu sangat penting,” ujarnya.
Ciptakan Kolaborasi
Perwakilan Komisi KWI dan Caritas Keuskupan mengawali rangkaian RTE dengan kunjungan lapangan pada 30 November-1 Desember 2021 di Keuskupan Larantuka, Keuskupan Atambua, dan Keuskupan Weetabula, Nusa Tenggara Timur (NTT). Hasil pengamatan, temuan, dan evaluasi selama kunjungan lapangan dibahas dalam pertemuan selama dua hari, 1-2/12/2021 di Denpasar, Bali.
Dalam pembahasan dan diskusi selama dua hari tersebut disampaikan juga isu-isu strategis di wilayah Regio Nusa Tenggara (Nusra).
Pembahasan ini bertujuan menciptakan kolaborasi dan karya bersama lintas komisi bersama dengan Caritas. Forum ini juga membahas rekomendasi untuk perbaikan pelaksananan Program Rehabilitasi dan Rekonstruksi Dampak Siklon Seroja di NTT.
Direktur Eksekutif Caritas Indonesia, Romo Fredy Rante Taruk mengungkapkan, selalu tidak mudah melaksakan pekerjaan benar-benar sesuai dengan rencana awal. Meski begitu, lanjut Romo Fredy, setiap program tetap harus memiliki setandar sehingga ada kualitas yang akan dikejar.
“Dasar itulah yang digunakan perwakilan keuskupan dalam memberikan rekomendasi. Jangan takut akan standar, tapi bekerjalah berdasarkan standar,” tambahnya.
Rekomendasi yang tersusun didasarkan pada bidang-bidang yang dilaksanakan dalam program Rehabilitasi dan Rekonstruksi seperti bidang struktur manajemen program, hunian, mata pencaharian, pengadaan air bersih dan sanitasi, psikososial, keuangan, dan tanggap darurat.
Salah satu rekomendasi dalam bidang hunian adalah mempertimbangkan faktor mata pencaharian yang berkelanjutan. Hunian yang berperspektif aman dari bencana harus dijadikan pertimbangan.
Direktur Caritas Keuskupan Larantuka, Romo Marianus Welan menerima dengan baik rekomendasi. Romo Marianus berjanji akan menindaklanjuti masukan-masukan yang ada demi hasil yang lebih baik. Hal senada disampaikan Direktur Caritas Weetabula, Romo Agus Waluyo AB CSsR.
“Hal yang perlu dipastikan dalam pelaksanaan karya kemanusiaan Caritas adalah partisipasi, pelibatan penerima manfaat dalam pelaksanaannya. Pelibatan penerima manfaat mengikuti semua proses,” tambah Direktur Caritas Keuskupan Bandung, Romo Agustinus Darwanto.
Sekretaris Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi Konferensi Waligereja Indonesia (PSE KWI), Romo Ewaldus Ewal menyampaikan harapannya. “Semoga ke depan, koordinasi lintas komisi dapat terus berlanjut, membangun komunikasi yang baik sehingga karya kemanusiaan Gereja Katolik bisa semakin solid.” (Martin Dody Kumoro)
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.