OMK Keuskupan Agung Semarang, peserta literasi media sedang menari babyshark /Gabriel Abdi Susanto

Kota Semarang menjadi kota ke-7 penyelenggaraan Literasi Media yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika bersama Konferensi Waligereja Indonesia, dan menjadi kota terakhir penyelenggaraan literasi media di tahun 2017. Kegiatan kali ini menyasar orang muda katolik di seluruh wilayah Keuskupan Agung Semarang.

Generasi milenial dalam hal ini orang muda katolik dianggap memiliki peran penting bagi bangsa dan negara untuk memelihara keharmonisan beragama serta mewujudkan persatuan.

“Kawan-kawan dari semua elemen, siapapun kalian agar bisa berkontribusi pada literasi media ini. Diharapkan kita semua untuk selalu bijak dalam berkomunikasi. Tolong bantu kami, generasi yang hampir kadaluarsa ini untuk tetap memelihara kerukunan agama dan persatuan.”ujar Kabag Informasi Publik Internasional Kemenkominfo, Eko Riyono saat membuka acara Forum Dialog dan Literasi Media di Keuskupan Agung Semarang yang berlangsung hari ini, Sabtu-Minggu (25-26/11/2017).

Tak hanya itu, Eko juga menyampaikan harapannya agar setelah pelatihan ini orang muda katolik mampu menularkan virus literasi media ini kepada yang lain.

“Tetaplah berpartisipasi dalam bentuk apapun. Jangan hanya berhenti disini. Tolong virus ini ditularkan ke teman-teman yang tidak hadir di sini untuk tetap taat beragama, bergaul harmonis dan sopan berkomunikasi.”

Hal senada juga disampaikan Sekretaris Eksekutif Komsos KWI, RD Kamilus Pantus. Meski umat Katolik hanya minoritas di Indonesia, namun menurutnya tidak berarti menghilangkan peran sebagai warga negara untuk menyumbangkan yang baik bagi kemajuan bangsa dan negara ini.

Mengutip Injil Yohanes 8:32, Kamilus juga mengajak seluruh peserta yang hadir untuk terus memiliki spirit seperti dalam Injil Yohanes 8:32 “Hendaknya kebenaran itu memerdekakan kamu. Itu yang dikatakan Yesus pada murid-muridnya. Pilihan pada kebenaran adalah pilihan setiap murid Kristus. Siapa pun kita. Maka, dihadapan sesatnya berita, kita tidak boleh menjadi korban.”tegas Kamilus.

Selain itu, Kamilus juga mengingatkan peserta untuk memiliki semangat menyelidiki kebenaran tulisan-tulisan, apakah informasi yang selama ini kita terima sesuai dengan kebenaran universal.

Sementara itu RP Adi Wijayanto, MSF selaku ketua panitia sangat berharap agar 102 peserta yang hadir di Wisma Samadi Gedanganak, Ungaran Semarang, mendapat bekal untuk berkarya bukan untuk diri sendiri melainkan untuk gereja dan negara. “Talenta yang kita peroleh ini jangan hanya disimpan melainkan dikembangkan. Jadikan diri kita berguna bagi siapa saja.”kata Romo Adi