PERKEMBANGAN teknologi digital telah mengubah banyak hal termasuk mengubah perilaku manusia dalam berkomunikasi. Menurut survei Asosiasi Pengguna Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2016, media sosial menjadi konten internet yang paling banyak diakses (97,4%), dan sebanyak 71,6 juta penduduk Indonesia mengaku facebook adalah media sosial yang paling banyak diakses. Dan dibalik semua itu ada fakta mencengangkan sekaligus ironis, yakni sebanyak 101,3 juta orang menyatakan internet tidak aman untuk anak-anak.
Fenomena ini tentu menjadi keprihatinan gereja dalam hal ini Gereja Katolik. Lalu apa peran gereja katolik untuk mengatasi persoalan ini?
Sekretaris Eksekutif Komisi KOMSOS Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), RD Kamilus Pantus dalam Forum Dialog dan Literasi Media di Wisma Samadi, Gedanganak, Ungaran, Sabtu (25/11/2017) mengatakan Gereja Katolik telah banyak melakukan langkah konkret untuk mengatasi dampak buruk media sosial.
“ Langkah konkret yang dilakukan Gereja Katolik yaitu mengapresiasi pemblokiran situs porno, meski tindakan tersebut termasuk post actum atau tindakan sudah selesai. Maka KWI mendorong untuk mengadakan kegiatan literasi media.”ujar Kamilus
Dalam kesempatan itu, Kamilus juga mengungkapkan bahwa minat baca orang Indonesia sangat rendah akibatnya fungsi kritis menjadi rendah, akibatnya paham radikal dan hal-hal yang buruk amat mudah disebarkan di negeri ini. Forum dialog dan literasi media yang berlangsung di 7 kota awalnya merupakan gagasan dari Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerja sama dengan KWI. Melihat positifnya kegiatan ini, Ia berharap kedepan kegiatan semacam ini bisa lebih banyak diselenggarakan, mengingat jumlah keuskupan di Indonesia ada 37.
“Kegiatan literasi media tidak hanya untuk orang muda tapi juga pada ibu-ibu rumah tangga karena kesehariannya mengerjakan pekerjaan rutinitas rumah, sehingga kurang membaca.”katanya
Selain literasi media, ada juga retret media sosial,dan rekoleksi media sosial. Sementara itu kegiatan-kegiatan yang melibatkan komisi-komisi lain ada workshop jurnalistik, dan pelatihan audio visual.
Praktisi di bidang Public Relation, Tim Komsos KWI