“Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir.” (Mat 7, 26)
“BODOH” merupakan sebuah kata yang sering meluncur dari mulut seseorang, saat marah atau jengkel.
Siswa disebut bodoh, kalau tidak bisa menyelesaikan tugas berhitung dengan benar atau nilai rapotnya merah semua, sehingga tidak naik kelas. Pembantu disebut bodoh, kalau nyeterika baju saja tidak bisa; apalagi menggunakan mesin cuci.
Politisi disebut bodoh, kalau dia mengusulkan kebijakan yang merugikan rakyat. Seorang pegawai disebut bodoh, karena dia tidak mau melakukan korupsi, seperti dilakukan rekan kerjanya.
Bodoh artinya tidak mudah untuk mengerti atau memahami sesuatu; selalu jatuh pada kesalahan yang sama, sekalipun sudah diajari atau diingatkan. Banyak orang sering disebut bodoh dengan berbagai alasan dan latar belakang. Orang dikatakan bodoh bukan saja karena kemampuan intelektualnya yang kurang.
Seseorang bersikap atau berperilaku bodoh karena tidak mengerti atau memahami hal tertentu; karena informasinya tidak jelas; karena cara berpikirnya yang keliru; atau karena alasan lain.
Setiap orang bisa jatuh dalam sikap, perilaku dan tindakan yang bodoh, sekalipun orang tersbut kemampuan intelektualnya tinggi.
Yesus menyebutkan bahwa seseorang disebut bodoh, kalau orang tersebut mendengarkan Sabda-Nya, tetapi tidak mau melakukannya. Orang tersebut seperti sedang membangun sebuah rumat di atas pasir.
Mendengarkan Sabda Tuhan merupakan hal penting; namun melakukan Sabda Tuhan juga tidak kalah pentingnya. Banyak orang rupanya terbiasa menjadi pendengar, penonton atau penikmat Sabda Tuhan, sehingga mudah kecewa kalau yang dialami tidak sesuai dengan yang diinginkan.
Banyak orang enggan menjadi pelaku atau pelaksana Sabda Tuhan, karena sering berhadapan dengan banyak tantangan, kesulitan atau penderitaan. Marilah berusaha untuk tidak menjadi orang bodoh.
Teman-teman selamat pagi dan selamat berkarya. Berkah Dalem.
Kredit foto: Ilustrasi (Deviantart)
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.