SEKOLAH Tinggi Filsafat Driyarkara (STFD), melangsungkan Sidang Terbuka dalam rangka Pengukuhan Guru Besar pada hari Sabtu, 11 Mei 2019 di Auditorium STFD, Jakarta. Pada kesempatan itu Mgr. Adrianus Sunarko, OFM dikukuhkan sebagai Guru Besar Ilmu Teologi, mengacu pada Keputusan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Ristek Dikti) bernomor 49862/ A2.3/ KP/ 2018. Doktor bidang teologi dogmatik lulusan Albert-Ludwigs-Universität Freiburg, Jerman ini menyampaikan pidato pengukuhan yang berjudul “Agama di Zaman Post-sekular: Tersingkir atau Mendominasi Politik?”
Dr. Adrianus Sunarko, yang juga adalah Uskup Keuskupan Pangkal Pinang ini, mengangkat tema Agama di Ruang Publik. Beliau berangkat dari penjelasan mengenai modernisme yang melahirkan berbagai berbagai cara pandang terhadap dunia, khususnsya yang berasal dari ilmu pengetahuan. Dunia yang sekuler itu mengalami desakralisasi. Agama dipisahkan dari ranah publik dan dipandang semata-mata sebagai urusan privat. Bahkan aliran pemikiran tersebut meramalkan kepunahan agama karena fungsi-fungsinya telah diambil alih oleh ilmu pengetahuan dan kebenaran agama dipertentangkan dengan kebenaran saintifik. Akan tetapi di abad ke-21 ini agama tetap eksis, bahkan di banyak belahan dunia menjadi faktor penting dalam dunia politik dan sosial. Inilah yang beliau sebut sebagai gejala post-sekular. Upaya pemisahan ranah publik dari agama pun penuh persoalan, mengingat privatisasi agama tidak sesuai dengan hakikat agama yang bukan semata-mata sistem nilai, melainkan cara pandang terhadap dunia.
Pada zaman yang semacam itu, menurut Mgr. Sunarko, agama diharapkan tidak menyangkal identitasnya sendiri, namun sekaligus bersifat inklusif, saling menghargai antar penganut agama yang berbeda serta mengakui martabat manusia dan Hak Asasi Manusia. Dengan demikian agama dapat ambil bagian dalam kehidupan bermasyarakat. Teologi dapat menyumbangkan refleksi iman yang kritis untuk mempertanggungjawabkan dan mewujudkan harapan tersebut sesuai dengan terang iman masing-masing agama. Dalam kasus Indonesia, Mgr. Sunarko menambahkan, agama ditantang untuk belajar menjadi lebih berbudaya dan tidak menyepelekan kemanusiaan, sebagaimana diharapkan oleh para pendiri bangsa lewat rumusan Pancasila.
Turut hadir dalam acara itu sejumlah guru besar dari pelbagai Perguruan Tinggi, seperti: Prof. Dr. Henricus Pidyarto Gunawan (Sekolah Tinggi Teologi Widya Sasana, Uskup Keuskupan Malang), Prof. Dr. Kautsar Azhari Noer (Universitas Islam Negeri), Prof. Dr. Bernadette N. Setiadi (Unika Atma Jaya), dan Prof. Dr. Armada Riyanto (Sekolah Tinggi Teologi Widya Sasana).
Dr. Simon Petrus Lili Tjahjadi, Ketua STF Driyarkara, dalam sambutannya mengungkapkan ungkapan syukur atas pengukuhan Mgr. Sunarko sebagai profesor. Beliau juga menambahkan bahwa Mgr. Sunarko adalah orang ke-11 di STF Driyarkara yang mendapat gelar tersebut.
Sejak tahun 2018 Mgr. Adrianus Sunarko memangku jabatan sebagai Ketua Komisi Teologi Konferensi Waligereja Indonesia. Selain itu beliau juga merupakan anggota Komisi Teologi Federation of Asian Bishops’ Conferences (FABC), Federasi Konferensi Waligereja Asia.
Sebelum diangkat menjadi uskup Keuskupan Pangkal Pinang, sejak 2003 hingga 2017 mengajar teologi di STF Driyarkara dan Unika Atma Jaya, Jakarta.
Mgr. Adrianus Sunarko dikenal luas sebagai seorang akademisi lewat berbagai buku dan artikel yang beliau terbitkan, seperti: Teologi Fundamental: Allah Berharap pada Manusia. Berteologi dengan Paradigma ‘Kebebasan’ (Jilid 1) (Penerbit Lamalera, 2013); Teologi Kontekstual (Penerbit Obor, 2016); Kristologi. Tinjauan Historis-Sistematik, (Penerbit Obor 2017). Buku terbaru yang beliau terbitkan adalah Rahmat dan Sakramen. Berteologi dengan Paradigma ‘Kebebasan’ (Jilid 2), (Penerbit Obor, 2018).
Pada tahun 2018 beliau menulis sebuah artikel yang dimuat dalam International Journal of Public Theology, dengan judul artikel “Religion in a Democratic and Pluralistic Society (The Experience of Indonesia)”.
Penulis: Fr. Salto – Calon Imam Projo KAJ
Imam diosesan (praja) Keuskupan Weetebula (Pulau Sumba, NTT); misiolog, lulusan Universitas Urbaniana Roma; berkarya sebagai Sekretaris Eksekutif Komisi Komunikasi Sosial (Komsos) KWI, Juli 2013-Juli 2019