Jumat 18 April 2014

Yes 52:13-53:12; Ibr 4:14-16;

“Sesungguhnya, hambaKu akan berhasil, ia akan ditinggikan, disanjung dan dimuliakan.” (Yes 52:13)

Beberapa waktu yang lalu terjadi kecelakan diperlintasan kereta api di daerah Bintaro. Banyak pemberitaan yang mengisahkan peristiwa ini. Termasuk pemberitaan kisah heroik tiga kru KRL yang tewas dalam kejadian itu. Mereka dianggap pahlawan karena berani memilih mengorbankan nyawanya demi keselamatan banyak orang. Bisa saja mereka memilih untuk meloncat menyelamatkan diri mereka sendiri tetapi resikonya akan semakin banyak orang menjadi korban dalam kejadian tersebut. Tetapi mereka memilih untuk tetap berada di dalam kereta, berusaha menahan laju kereta demi menyelamatkan banyak nyawa di dalamnya, walau resikonya harus meninggal dunia. Tidak banyak orang di dunia ini yang seperti mereka. Banyak yang memilih untuk menyelamatkan diri sendiri dengan mengorbankan orang lain. Hari ini kita melihat contoh yang amat agung dari Yesus Kristus. Yesus bisa saja memilih untuk tidak wafat di kayu salib. Bisa saja, Ia memilih menggunakan kekuatan-Nya untuk membinasakan semua musuh-musuh-Nya. Atau dengan kuasa-Nya, Ia turun dari kayu salib. Tetapi semua itu tidak Ia pilih. Ia lebih memilih untuk wafat di kayu salib, supaya dengan wafat-Nya itu, Ia dapat menebus umat manusia dari cengkraman dosa dan maut. Dengan memilih maut, Yesus memberi kita semua kehidupan. Pengorban-Nya di kayu salib bukanlah kematian yang sia-sia, tetapi kematian yang membawa kehidupan dan keselamatan.

Pertanyaan reflektif:

Sudahkah kita mau dengan sukarela berkorban demi kehidupan dan keselamatan banyak orang?
Baranikah kita untuk memilih untuk mencintai kehidupan dari pada kematian, perdamaian daripada    perselisihan,    kebaikan bersama daripada kepentingan diri sendiri?
Doa:

Ya Bapa, kami bersyukur atas pengorbanan Kristus di kayu salib. karena dengan pengorban-Nya itu, kami memperoleh kehidupan dan keselamatan. Curahkanlah kami Roh Kudus-Mu sendiri agar kami mampu mengalahkan keegoisan diri kami sendiri sehingga kami mampu mencintai kehidupan dan sekaligus menciptakan perdamaian dalam masyarakat di sekitar kami. Amin

(RD. Y. Radityo Wisnu W)