MIRIFICA.NET – Komisi Komunikasi Sosial (Komsos) Konferensi Waligerija Indonesia (KWI) mengumumkan enam pemenang lomba menulis opini di media massa (19/7/2022). Lomba tersebut digelar dalam rangkaian acara Hari Komsos Sedunia dengan puncak perayaan pada 29 Mei 2022. Tiga pemenang tampil untuk kategori menulis di media massa katolik dan tiga pemenang untuk media massa umum.
Lomba mensyaratkan agar penulis menampilkan pesan Paus Fransiskus pada hari Komsos Sedunia yang bertema “Mendengarkan dengan Telinga Hati”. Mereka wajib mengolah pesan Paus tersebut sebagai tema utama opini yang akan mereka sajikan di media massa dalam kurun waktu April-Juni 2022. Lomba diikuti sekitar 30 peserta. Mereka wajib mengirimkan artikel yang sudah ditayangkan di media massa berupa fotokopi (untuk media cetak) atau screenshot dan link pemuatan untuk media massa online. Peserta boleh mengirimkan lebih dari satu artikel, karena tujuan dari lomba adalah agar pesan Bapa Suci bisa dikomunikasikan seluas mungkin kepada khalayak.
Untuk kategori media massa katolik, ada tiga peserta yang dinyatakan sebagai pemenang 1-3. Dewa Gde Satrya terpilih sebagai pemenang pertama. Judul artikel yang dimuat Hidupkatolik.com, 9 Mei 2022, adalah “Bung Karno Mendengarkan dengan Telinga Hati”. Pemenang kedua adalah Sutriyono Robert. Artikelnya dimuat Katolikana, 25 Mei 2022, berjudul “Barang Siapa Paling Banyak Bicara, Hendaknya Menjadi Pendengar Pertama”. Sementara Yulius Purwanto menduduki urutan ketiga dengan judul artikel “Empat Keutamaan Mendengarkan dengan Hati” (Hidupkatolik.com 24 Mei 2022).
Tiga pemenang juga tampil dari penulis untuk kategori media massa umum. Pemenang pertama adalah Agustian Ganda Putra Sihobing. Artikelnya dimuat di Kompas.id, 4 Mei 2022, berjudul “G20 dan Restorasi Ekologis”. Urutan berikutnya diduduki oleh Dewa Gde Satrya dengan judul “Mendengarkan Konsumen dengan Hati” (SWA, 25 Aprll 2022), dan Adrianus D. Purnama menjadi pemenang ketiga dengan artikel berjudul “Mendengarkan dengan Suara Hati, Menaruh Telinga di Hati, bukan Hati di Telinga” (Renaka News, 24 Mei 2022)
Dewa Gde Satrya yang menjadi juara pertama untuk kategori media massa katolik adalah dosen Universitas Ciputra Surabaya. Ia menyajikan bagaimana Bung Karno selama masa pembuangan di Ende (1934-1936) mendengarkan dengan telinga hati, merenungkan, dan kemudian merumuskan Pancasila. Sebagai “role model” manusia Indonesia “sempurna”, penulis melukiskan Bung Karno banyak berdiskusi dengan para pastor, di antaranya Pater Gerardus Huijtink SVD, Pater J. Bouma SVD, dan lain-lain. Karena persahabatannya dengan para pastor itu, Bung Karno bebas membaca buku-buku di perpustakaan rumah pastoran yang tidak jauh dari rumah pengasingannya. Bung Karno juga menulis dan mementaskan tonil (sandiwara). Selama di Ende, tercatat Bung Karno menulis 12 naskah sandiwara untuk dipentaskan di aula pastoran. Dari pergaulannya itu, Bung Karno mendengarkan dengan telinga hati, merefleksikan dan kemudian merumuskan Pancasila.
Sementara itu, Agustian Putra Ganda Sihombing menulis opini berjudul “G20 dan Restorasi Ekologis”. Ia mengungkapkan bahwa langkah awal untuk restorasi ekologis adalah harus memahami nilai intrinsik ciptaan. Untuk memahami hal tersebut ia mengutip pesan Paus Fransiskus perlunya “mendengarkan dengan telinga hati”. Nilai intrinsik, menurut biarawan dari Ordo Kapusin di Medan itu, dimiliki oleh setiap ciptaan seperti alam, pohon, binatang, manusia, dan lain-lain. Sebagai anggota Justice, Peace, and Integrity of Creation (JPIC) untuk divisi Lingkungan Hidup, Agustian menawarkan bahwa pelestarian ekologis harus ditempuh dengan terlebih dahulu mendengarkan dengan telinga hati untuk memahami nilai intrinsik yang terkandung pada setiap ciptaan di muka bumi ini.
Tim yuri terdiri dari anggota Badan Pengurus Komisi Komsos KWI antara lain A. Margana, Abdi Susanto dan RBE Agung Nugroho. Komisi Komsos KWI memberikan penghargaan kepada para pemenang dan mengucapkan terima kasih kepada para peserta lomba yang telah membantu mengkomunikasikan pesan Bapa Suci dalam rangka Hari Komsos Sedunia 2022.
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.