2 Agustus 2022 – Shrine of Blessed Nicholas Bunkerd Kitbamrung, Thailand
Pembukaan Peringatan 50 Tahun Federasi Konferensi Para Uskup Asia (FABC), diadakan di Tempat Peziarahan Beato Nicholas Bunkerd Kitbamrung, Thailand. Peringatan ini menandai periswa lima dekade yang lalu ketika para Uskup Asia berkumpul untuk pertama kalinya pada tahun 1970 dan mendirikan FABC. Acara Pembukaan ini dimulai dengan membunyikan lonceng Tempat Ziarah, mengundang semua orang untuk berdoa bagi Gereja di Asia. Paduan suara mengiringi para delegasi dalam doa, menyanyikan Veni Creator Spiritus, memohon Roh Kudus untuk membimbing dan menuntut arah Gereja Asia. Prosesi khusyuk dipimpin oleh Charles Kardinal Bo (Presiden FABC & Uskup Agung Yangon), Oswald Kardinal Gracias (Panitia FABC 50 & Uskup Agung Bombay) dan Francis Xavier Kardinal Kriengsak (Panitia Lokal FABC 50 & Uskup Agung Bangkok).
Foto: Charles Kardinal Bo dalam pidato peresmiaan pembukaan, mengungkapkan bahwa perjalanan lima puluh tahun terakhir merupakan perjalanan rahmat dan syukur.
Charles Kardinal Bo juga menyoroti kontribusi penting Gereja Asia bagi Gereja Universal, berusaha menampakkan wajah Kristus bagi orang-orang Asia. “Dengan kreativitas, FABC memperkuat dialog tiga kali matra dengan budaya, agama, dan orang miskin di Asia. FABC membayangkan struktur koordinasi, dengan komisi pemberdayaan. Rahmat telah membawa kita sejauh ini”.
Menggarisbawahi masa-masa sulit yang dihadapi Gereja saat dunia berada di persimpangan jalan sejarah, Charles Kardinal Bo mendorong semua orang yang berkumpul untuk merenungkan bagaimana Gereja-Gereja Asia dapat menjadi nabi perdamaian di dunia yang semakin mecemaskan. “Milenium ketiga membawa tantangan besar. Paus Fransiskus selalu mendorong kita untuk melihat setiap tantangan sebagai peluang. Saat membuka perayaan 50 tahun ini, kita diingatkan akan perspektif Kitab Suci tentang Yubileum yang mengamanatkan perubahan yang komprehensif dan pembaruan yang kuat. Gereja di bawah Paus saat ini telah secara proaktif memulai perubahan.”
Apakah Panggilan Tuhan bagi Gereja Asia?
“Oleh karena Kekristenan memainkan peran penting di negara-negara Asia, pendidikan, kesehatan dan pembangunan manusia, negara-negara menjadi lebih percaya diri secara ekonomi dan politik. Gereja berkembang di Asia dengan panggilan yang meningkat. Hal ini menjadi peluang dan sekaligus tantangan besar. Dengan doa dan perencanaan dan kesetiaan, abad ini dapat menjadi Abad Kristen Asia, mewartakan Kabar Baik dan memanjukan perdamaian dengan keadilan di dunia”.
Tema yang dipilih dalam Sidang Umum adalah
FABC 50: Berjalan bersama sebagai bangsa Asia –
“…pulanglah mereka ke negerinya melalui jalan lain.” (Mat. 2:12).
Dasar dari tema ini berasal dari kisah masa kanak-kanak dalam Injil Matius 2:1-12.
Injil dibacakan oleh empat orang yang mewakili empat wilayah FABC. Sr Rekha Chennattu RA membagikan renungannya atas kutipan tersebut.
“Kisah orang Majus mengundang Gereja Asia untuk melihat, mengenali, dan menanggapi campur tangan Allah. Dalam konteks ini, kita mungkin bertanya pada diri sendiri: kapan dan di mana kita mengalami campur tangan Allah? Allah berbicara kepada kita melalui berbagai peristiwa kehidupan kita sehari-hari. Jadi, apa pesan Allah di dalam dan melalui pengalaman global pandemi virus corona? Apa perintah Allah ketika Gereja dipanggil untuk berjalan dalam sinode? Apa impian Allah saat FABC merayakan Yubileum emasnya? Lebih dari sebelumnya, Pandemi mengingatkan kita akan keterkaitan dan ketergantungan kita sebagai anggota keluarga manusia. Paus Fransiskus, dengan mengadakan Sinode tentang Sinode, mengajak kita untuk menjadi Gereja yang mendengarkan, untuk membuat perubahan radikal dalam pola pikir kita sehingga kita menjadi lebih penuh perhatian, lebih inklusif, dan melakukan perjalanan bersama. Tahun Jub ilee FABC menawarkan kesempatan emas bagi kita untuk memasuki proses pembaruan.”
“Terakhir, bagaimana kita memahami ay 12b – “..pulanglah mereka ke negerinya melalui jalan lain”? Berdasarkan analisis di atas, masuk akal untuk mengatakan bahwa Gereja Asia ditantang untuk mencari jalan-jalan baru dalam perjalanannya ke depan.”
“Kisah orang Majus mengundang kita untuk mempertimbangkan pandemi, sinode, dan Yubileum sebagai campur tangan Allah dan menantang kita untuk menempuh jalan baru – untuk melakukan perjalanan di jalan yang berbeda, untuk membuat Gereja berkembang secara baru dan bahkan lebih otentik dan lebih suci. Mungkin ini adalah panggilan untuk merangkul cara baru bagaimana menjadi Gereja Asia.”
Allah memanggil Gereja untuk terus melakukan pembaruan. Apakah kita dipanggil untuk menjadi lebih kontemplatif dan saling bergantung, lebih sinode dan inklusif? Gereja yang lebih asketis dan profetik? Allah mengundang kita untuk menjadi Gereja sepenuhnya dan benar-benar Gereja Asia dengan mendengarkan kenyataan hidup Asia dan merangkul spiritualitas Asia. Kita dipanggil untuk melakukan perjalanan bersama sebagai bangsa Asia ke tempat yang tidak dikenal, dalam pelayanan misi Allah untuk mewartakan Injil Yesus Kristus, dibimbing oleh Roh Kudus”.
Oswald Cardinal Gracias dalam pidatonya berfokus pada arah masa depan FABC.
Untuk memulainya, FABC akan menegaskan dan merayakan perjalanan kita sejauh ini. FABC didirikan sebagai tanggapan terhadap kebutuhan dan tantangan khusus Gereja Asia lima puluh tahun yang lalu. Kami mengharapkan sebuah Gereja orang miskin, orang muda, dan dialog: sebuah Gereja bagi orang miskin, orang muda dan dialog. Tujuan ini tetap relevan bahkan hingga hari ini.
Tapi ada begitu banyak perubahan besar, ada begitu banyak tantangan baru. Syukurlah, bahwa kita baru saja keluar dari pandemi Covid 19; kita memiliki ketegangan sosial-politik dan ekonomi baru; krisis migran dan krisis iklim yang semakin dalam, dan sebagainya. Beberapa hari pertama FABC 50 akan dikhususkan untuk mengenal situasi di berbagai negara dan membahas realitas yang muncul. Tantangan dan kenyataan ini mungkin mengganggu kita. Tapi tantangan dan kenyataan ini tidak akan mengganggu kita. Kita hidup bersama dalam tantangan dan kenyataan ini!
Kemudian, kita datang kepada Allah dan mencari wajah Yesus di Asia. Kita akan mencari Yesus yang ada di antara kita masing-masing, terlepas dari keragaman kita. Diperkuat oleh perjumpaan kita dengan Yesus, FABC 50 akan mencoba menelusuri visi baru bagi Gereja di Asia. Sebagai Gereja, kita tidak ada untuk diri kita sendiri, tetapi melayani semua orang di Asia sementara kita terus membangun Kerajaan Allah.
Tanggapan kita terhadap tantangan hari ini harus dipahami dengan baik, didasarkan pada Kitab Suci, tradisi, pengajaran magisterium, dan praktik pastoral yang mempromosikan kesatuan dan keberlanjutan untuk mengubah realitas kita dalam kuasa Roh Kudus (Lumen Gentium, 5). Oleh karena itu, kami telah mengkhususkan beberapa hari dalam FABC-50 untuk mengadakan lokakarya dan sesi pleno mengenai dokumen-dokumen Gereja dan karakteristik Gereja di Asia sehingga kami menjadi dan tetap menjadi Gereja yang profetis, relevan dan tanggap. Kami akan berdiscermen mengenai peran Gereja untuk Asia yang lebih baik.
Lagu Asia yang digubah oleh Pater Carlos Marcelo kemudian dimainkan.
Setelah itu kemudian dilanjutkan dengan pesan Bapa Suci, Paus Fransiskus, yang dibacakan oleh Nunsius Apostolik untuk Thailand, Uskup Agung Paul Tachang In-Nam.
Bapa Suci Paus Fransiskus menulis:
“Ketika Federasi Konferensi Para Uskup Asia menandai ulang tahun kelima puluh pendiriannya dan membuka masa persiapan rohani untuk perayaan Sidang Umum pertamanya pada bulan Oktober mendatang, saya mengirimkan salam hangat dan doa doa yang baik bagi anda, saudara anda para Uskup, dan semua yang mengambil bagian dalam acara gerejawi yang penting ini. Harapan saya adalah bahwa Sidang Umum FABC 50 akan memperbaharui Gereja-Gereja di Asia dalam persekutuan persaudaraan dan dalam semangat misioner untuk menyebarkan Injil kepada para bangsa, budaya dan realitas sosial yang sangat beragam di benua Asia yang luas.”
Saya berdoa agar pembicaraan-pembicaraan dalam Sidang Umum ini membuat Gereja-Gereja lokal anda berkembang, dalam kesatuan polihedrik Umat Allah (bdk. Evangelii Gaudium, 237), secara kreatif menemukan “jalan lain” untuk mewartakan kabar sukacita Injil, untuk membentuk generasi baru para murid misioner, dan bekerja untuk memperluas kerajaan Kristus: kerajaan kekudusan, keadilan dan perdamaian universal.
Dengan perasaan-perasaan ini, saya memohon Roh Kudus mencurahkan karunia-karunia-Nya kepada para peserta sidang yang akan datang. Dengan mempercayakan anda, saudara para Uskup dan semua orang yang dipercayakan dalam pelayanan pastoral anda kepada doa-doa Maria, Bunda Gereja, dengan hangat saya memberikan berkat sebagai ikrar kebijaksanaan, rahmat dan damai dalam Tuhan.
Kardinal Francis Xavier Kriengsak Kovitvanich mengundang semua orang ke Litani Para Kudus untuk Asia.
Uskup Allywn D’silva (Uskup Auxilier, Keuskupan Agung Bombay) memimpin umat mendoakan Doa Sidang FABC 50. Kardinal Bo, Kardinal Gracias dan Kardinal Kriengsak mengundang seluruh Asia untuk bergabung dalam doa dengan pemukulan “gong” – sebuah tradisi pengumumam kabar baik untuk semua orang.
Kami menatap perjalanan ke depan, karena Gereja di Asia merenungkan tentang bagaimana Gereja dapat menjadi Wajah Yesus di masa-masa ini.
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.