Beranda KWI KOMSOS KWI Pemanfaatan Media Untuk Perangi Hoax

Pemanfaatan Media Untuk Perangi Hoax

MIRIFICA.NEWS, GUNUNGSITOLI – Para pewarta harus memiliki kemampuan untuk menyampaikan kabar gembira, baik secara lisan maupun tertulis. Apalagi menghadapi perkembangan teknologi media komunikasi dewasa ini. Demikian dikatakan oleh Sekretaris Esksekutif Komisi Komunikasi Sosial (Komsos) Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), RD Camilus Pantus ketika membuka pelatihan jurnalistik dan  public speaking bagi mahasiswa Sekolah Tinggi Pastoral (STP) Dian Mandala, Gunungsitoli, Nias, Kamis (11/5).

Dalam kesempatan tersebut, Komisi Komsos KWI mengharapkan agar para pewarta tidak takut memanfaatkan media komunikasi untuk pewartaan. RD Camilus mengingatkan pesan Paus Fransiskus menyambut peringatan Hari Komsos Sedunia 2017, yakni “jangan takut, sebab Aku menyertai engkau” (Yes 43: 5). Artinya, para pewarta diharapkan tidak takut “mengkomunikasikan iman dan harapan pada masa kini”.

Pelatihan public speaking yang difasilitasi oleh anggota Komisi Komsos KWI, Errol Jonathans, dan penulisan jurnalistik oleh  coach writer Albertus Agung Kunto Anggoro, berlangsung 11-13 Mei di Gunung Sitoli, Nias, Sumatera Utara. Pelatihan diikuti sekitar 70 mahaiswa STP Dian Mandala. Mereka adalah calon pewarta (katekis) yang akan bertugas di berbagai paroki, keuskupan, dan sekolah-sekolah.

Dalam mengemban tugas pewartaan, mereka harus mengkomunikasikan iman dan harapan kepada masyarakat. Mereka akan menggunakan media komunikasi modern yang tersedia saat ini. Sebagai pewarta, mereka mesti memiliki keterampilan menulis dengan memanfaatkan media sosial, internet, media cetak seperti koran, majalah, buku, dll. Mereka juga harus berani mengkomunikasikan iman dan harapan dengan keterampilan public speaking tatap muka, media audio visual seperti radio, televisi, film, Youtube, dll.

Para pewarta harus berani menulis untuk mengisi berbagai media. “Untuk menghalau berita sampah (hoax), para pewarta harus berani menulis dan memanfaatkan media komunikasi yang ada,” kata Kunto dalam pelatihan.  Syaratnya, untuk memerangi kebohongan itu, yang harus ditulis adalah fakta dan kebenaran.

Penulis: A. Margana