SETELAH kemarin Selasa (11/7/2017) para pegiat dimotivasi semangatnya untuk mulai menulis, pada hari ini Rabu (12/7/2017), peserta pelatihan jurnalistik yang mayoritas orang-orang muda itu dibekali dengan materi seputar teknik penulisan fakta.
“Adrianus Pimpin Keuskupan Pangkal Pinang”.
Budi Sutedjo selaku narasumber utama pada pelatihan jurnalistik itu membekali peserta dengan mengangkat sebuah fakta yang baru saja terjadi dan sudah menjadi pemberitaan umum. Ia bertanya kepada peserta, apakah judul berita itu merupakan sebuah fakta atau opini saja.
Contoh fakta di atas ia gunakan sebagai pengantar bagi para pegiat mendalami teknik penulisan sebuah fakta. Menurutnya, fakta dalam bahasa komputer sering diartikan dengan data,, sedangkan bahasa jurnalistik disebut berita (News).
Ia menerangkan News itu merupakan akronim dari North, East, West, South.
“Artinya berita itu harusnya diwartakan ke seluruh dunia, berita itu hendaknya disampaiakn ke seluruh mata angin ke utara, selatan barat dan timur,” kata Sutedjo.
“Kadang-kadang kita hanya menghafalkan News itu dengan berita. Padahal News itu sendiri merupakan akronim dari arah mata angin,” ia menambahkan.
Dicari Penulis Fakta
Di era informasi seperti sekarang ini, demikian kata Sutedjo, netizen atau (Customer.Com) atau umat pengakses internet menuntut penyajian fakta dari banyak aspek seperti jumlah, ragam, ruang lingkup (lokal dan global), kebaruan dan keakuratan.
“Keterlambatan pembaruan berita akan menyebabkan website paroki atau website Gereja akan ditinggalkan pengunjung,” katanya.
Ia lalu mencontohkan beberapa website paroki yang ternyata sampai saat berita ini diturunkan belum mengupdate beritanya. Kenyataan itu ia akui sering menjadi masalah, padahal berita di website itu perlu disampaikan secara kontinyu.
“Jangan sampai kita membiarkan umat meninggalkan website gereja dan mengakses website yang lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Kristiani,” lanjutnya.
Sutedjo lalu mengatakan bahwa penulisan fakta secara lengkap akan memberi bobot lebih pada tulisan yang dihasilkan. Untuk itu, ia berharap agar para pegiat media yang mengikuti pelatihan ini mampu menggali fakta seara lengkap, menyajikan fakta dalam bentuk berita, dan menghasilkan tulisan yang lengkap.
“Fakta bisa ditulis oleh siapa saja entah itu akademisi, pejabat pemerintah, pebisnis, dan juga para penulis pemula,” katanya, seraya meyakinkan peserta untuk tidak ragu-ragu menulis fakta secara lengkap.
Karakter Fakta yang Dimuat di Media
Tak dipungkiri, tulisan berita seseorang itu diterima dan dimuat oleh koran atau media tertentu sangat bergantung pada seberapa penting dan pengaruhnya berita itu bagi khalayak luas, aktual dan baru terjadi, kejadiannya “dekat” dengan pembaca, benar=benar terjadi, apa adanya, lengkap faktanya dan menarik, memberi wawasan pembaca dapat dipertanggung jawabkan dan humanis.
Menurut Budi, hal di atas merupakan karakter berita yang dimuat di media. Tulisan yang mengandung fakta akan memberi bobot lebih. Soal ini dijelaskn Budi dengan mengaduk emosi para pegiat yang rata-rata merupakan anak asli Papua. Budi mengajak mereka untuk mulai menulis fakta dengan pendekatan alamiah.
“Cara anak Papua berpikir itu seperti ini, mereka mereka berpikir itu alamiah, mereka tidak bisa berasumsi begitu saja.
Ia mengatakan, pola pendekatan penulisan fakta seperti itu akan memudahkan anak Papua untuk menulis sebuah fakta sesuai realitas yang mereka hidupi.
Mengakhiri pembekalan materinya seputar teknik penulisan fakta, ia menghantar para peserta untuk memahami ragam tertentu penulisan fakta seperti peristiwa yang berisi lengkap dengan unsur 5W+1H), pendapat di mana memuat kumpulan pendapat, pandangan mata tokoh, subjek/objek penderita dan penyerta bukan pendapat penulis berita, Investigas dan repsotase.
Hingga berita ini diturunkan, saat ini para pegiat media sedang diberi kesempatan untuk membuat tulisan fakta.
Kredit Foto: Peserta pelatihan jurnalistik sedang dipandu oleh Bapak Budi Sutedjo mendalami materi teknik penulisan fakta bertempat di Rumah Ret-ret Maranatha, Jayapura/Komsos KWI
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.