Beranda BERITA Pelatihan ABCD Bagi Fungsionaris Pastoral Lintas Komisi di Labuan Bajo

Pelatihan ABCD Bagi Fungsionaris Pastoral Lintas Komisi di Labuan Bajo

0
Pelatihan ABCD Bagi Fungsionaris Pastoral Lintas Komisi di Labuan Bajo
Doc: Komsos Keuskupan Ruteng

MIRIFICA.NET – Hari-hari ini, para fungsionaris pastoral lintas komisi keuskupan se-Regio Nusa Tenggara (Nusra) berjumpa di Labuan Bajo, Keuskupan Ruteng. Fungsionaris pastoral yang hadir antara lain utusan Komisi PSE, Caritas, Komisi Keadilan, Perdamaian dan Pastoral Migran Perantau (KKP-PMP) dan Sekretariat Gender dan Pemberdayaan Perempuan (SGPP).

Ada 8 keuskupan yang tergabung dalam regio ini, 7 keuskupan di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), ditambah Keuskupan Denpasar yang meliputi wilayah pelayanan umat di Provinsi Bali dan NTB. masing-masing keuskupan mengutus rata-rata 4 orang, kecuali tuan rumah (Keuskupan Ruteng) sedikit lebih banyak.

Hadir pula Sekretaris Eksekutif Komisi PSE KWI RD. Ewaldus dan Sekretaris SGPP KWI Sr. Natalia,OP. Fasilitator (Narasumber) kegiatan ini ditangani sepenuhnya oleh Tim Karitas Indonesia (Karina) yang langsung dipimpin oleh Direktur Karina RD. Fredy Rante Taruk, Manager Karina Donatus Akur dan dua orang Tim Karina lainnya, serta Margaretha dari Caritas Australia untuk wilayah Indonesia dan Vietnam.

Ini memang bukan perjumpaan biasa, tetapi ada pembelajaran bersama dalam pelatihan berlabel Training of Trainers (TOT) ABCD (Asset Based Community-driven Development) atau Pelatihan bagi Para Pelatih dengan pendekatan “Pembangunan Berbasis Aset oleh Komunitas.” Para peserta mendalami metode ABCD ini dalam beberapa hari kegiatan, 10 – 13 Maret 2022, di hotel Sylvia Labuan Bajo.

Hari kedatangan peserta dan fasilitator dari Jakarta Rabu (9/3), disambut dengan seremoni ritual adat Manggarai yang disebut ‘Kepok’, yang dilanjutkan dengan presentase karya pelayanan Komisi PSE, KKP-PMP, SGPP dan Caritas Keuskupan Ruteng, selaku tuan rumah.

Pelatihan dibuka dengan Perayaan Ekaristi, pada Kamis (10/3), dipimpin oleh Vikjen Keuskupan Ruteng RD. Alfons Segar, didampingi Sekretaris Eksekutif Komisi PSE KWI dan Direktur Karina. Kemudian usai perayaan Ekaristi dilanjutkan acara pembukaan.

Ketua Penghubung Komisi PSE Regio Nusra RD. Marianus Welan mengungkapkan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk penguatan kapasitas para fungsionaris pastoral lintas komisi dalam rumpun kemasyarakatan dengan mendalami pola ABCD.

Gereja Katolik Indonesia, Iman Katolik, Injil Katolik, Katekese, Katolik, Kitab Suci, Komsos KWI, Konferensi Waligereja Indonesia, KWI, Lawan Covid-19, Penyejuk Iman, Pewartaan, Umat Katolik, Yesus Juruselamat, Caritas Indonesia, SGPP KWI, PSE KWI, Ruteng, 2022
Doc: Komsos Keuskupan Ruteng

“Komisi PSE menggandeng juga komisi lainnya seperti KKP-PMP, SGPP dan Caritas sebagai sesama rumpun kemasyarakatan supaya saling sinergi-kolaborasi serta bangun strategi bersama dalam karya pelayanan untuk pengembangan komunitas,” ungkap Ketua Penghubung Regio Nusra yang juga Ketua Komisi PSE Keuskupan Larantuka, itu.

Romo Marianus berharap agar dari TOT ini, melahirkan fasilitator yang bisa memfasilitasi pelatihan di wilayah keuskupan masing-masing, khususnya dalam mengembangkan pendekatan ABCD.

Vikjen Keuskupan Ruteng, RD. Alfons Segar, menyambut gembira dilaksanakanya pelatihan ini. Menurut Vikjen, dalam karya pelayanan Gereja, selalu mencari dan menemukan metode-metode aktual sehingga memiliki daya ungkit dalam pelayanan kemanusiaan baik bagi umat maupun pelayanan di tengah masyarakat.

“Dari TOR kegiatan ini yang saya baca, metode atau pendekatan ABCD ini benar-benar bertolak dari potensi yang ada dalam masyarakat itu sendiri baik SDM maupun sumber daya lainnya. Kita juga perlu memahami situasi aktual kongkret sebagai pelayanan kita,” kata Rm. Alfons, yang kemudian membuka kegiatan ini secara resmi.

Apresiasi atas pertemuan lintas komisi ini disampaikan oleh Sekretaris Eksekutif Komisi PSE KWI RD. Ewaldus. Romo Ewal, demikian akrab disapa mengungkapkan “Ini acara (pelatihan) luar biasa diselenggarakan oleh PSE Regio Nusra karena melibatkan komisi-komisi lain dalam rumpun kemasyarakatan.”

Menurut Rm. Ewal, acara ini merupakan kesempatan belajar bersama untuk meningkatkan kapasitas para fungsionaris pastoral terkait agar dapat melayani umat maupun masyarakat lebih baik lagi.

“Semoga pelatihan ini semakin meningkatkan kapasitas dan kolaborasi yang solid untuk pelayanan umat dan masyarakat kita,”harapnya.

Apresiasi yang sama juga diungkapkan Direktur Karina RD. Fredy Rante Taruk. Menurut Romo Fredy, kolaborasi antara komisi-komisi pastoral yang melekat dengan KWI atau Keuskupan serta organisasi sosio pastoral Gereja seperti Caritas menjadi startegis sehingga tidak perlu membeda-bedakan.

“Sebab kadang orang bertanya tentang PSE dan Karina atau Caritas keuskupan. Kita perlu paham, komisi-komisi pastoral itu lebih banyak untuk pelayanan umat. Kita juga butuh organisasi sosio pastoral Gereja untuk bertemu dan pelayanan langsung ke masyarakat (publik). Caritas juga kadang mengurus persoalan migran perantau yang menjadi tugas pastoral KKP-PMP dalam reksa pastoral kita atau urusan yang berkaitan dengan pemberdayaan perempuan yang menjadi pelayanan SGPP. Jadi ada saling keterkaitan, dan dengan kolaborasi seperti ini pelayanan kemanusiaan kita akan semakin terintegrasi, tertata dan terkoordinasi,” ungkap Romo Fredy.

Gereja Katolik Indonesia, Iman Katolik, Injil Katolik, Katekese, Katolik, Kitab Suci, Komsos KWI, Konferensi Waligereja Indonesia, KWI, Lawan Covid-19, Penyejuk Iman, Pewartaan, Umat Katolik, Yesus Juruselamat, Caritas Indonesia, SGPP KWI, PSE KWI, Ruteng, 2022
Doc: Komsos Keuskupan Ruteng

Usai acara pembukaan, waktu sepenuhnya diserahkan kepada Tim Fasilitator yang secara bergantian menjelaskan secara simpel sesi demi sesi sesuai kertas kerja yang telah disediakan.

Sesuai namanya, pembangunan berbasis aset oleh komunitas, menurut Direktur Karina Romo Fredy, yang tampil di sesi pertama, dalam pengembangan komunitas/masyarakat dengan memakai pola ABCD, ‘mulai dengan apa yang kita miliki, dan membangun dengan apa yang kita ketahui’. Ini juga menjadi kata-kata kunci dari pendekatan ABCD.

Sejatinya, istilah ‘Asset Based Community Development’ (ABCD) diperkenalkan pertama kali tahun 1993, diciptakan oleh Krezmann dan McKnight yang meneliti komunitas yang sukses dan mengidentifikasi faktor-faktor kesuksesan yang sama. Istilah ini kemudian menjadi pendekatan pembangunan yang mampu merangkul tradisi panjang tentang mobilitas aset komunitas, di mana umat manusia secara konsisten berkembang dengan memanfaatkan aset alam, kebijaksanaan, kolektivitas, budaya, jaringan sosial, dan inovasi material.

ABCD sebagai pendekatan berfokus pada kekuatan, kemampuan, peluang, bakat, dan keahlian sebagai landasan. Dengan kata lain, pendekatan ABCD ini menggunakan apa yang kita miliki dan membangun dari apa yang kita ketahui.

Alur proses pelatihan ini, peserta diajak mulai dari memahami definisi ABCD, memahami paradigma (cara berpikir atau sudut pandang) pendekatan ABCD (membedakannya dengan pendekatan berbasis kebutuhan), memahami proses (cara logis melakukan sesuatu) pendekatan ABCD, sampai pada memahami bagaimana mengimplementasi/mempraktekan dengan pendekatan ABCD.

Dalam pelatihan ini, peserta juga disuguhkan dengan beberapa studi kasus, menggali gagasan peserta terkait beberapa hal yang relevan dengan keadaan kongkret masyarakat, juga diselingi nonton film dan permainan yang relevan dengan materi pelatihan ini.

Di sela-sela pelatihan hari pertama, Bapak Uskup Ruteng Mgr. Siprianus Hormat, sempat hadir siang hari setibanya dari Bali dan menyapa peserta maupun para fasilitator. Bapak Uskup Ruteng dalam sapaan singkatnya mengharapkan agar melalui pelatihan ini para peserta selain diperkaya oleh fasilitator dengan pengetahuan yang didapat juga saling memperkaya dari pengalaman setiap keuskupan dan pikiran-pikiran yang baik untuk meningkatkan kualitas pelayanan Gereja. *Penulis : Hironimus Adil

Inspirasimu: Berjalan Bersama – Sinodalitas Gereja