MIRIFICA.NET – Paus Fransiskus merayakan Misa pada Rabu Abu di Basilika Santo Petrus dan mendesak umat Kristiani untuk mengalami Prapaskah sebagai perjalanan pulang menuju Bapa, Putra, dan Roh Kudus.
Saat Gereja memulai masa suci Prapaskah, Paus Fransiskus merayakan Misa Rabu Abu, dengan pemberkatan dan pemberian abu.
Dalam homilinya, Bapa Suci merefleksikan Prapaskah sebagai perjalanan kembali kepada Tuhan dan sebagai kesempatan untuk memperdalam cinta kita kepada saudara dan saudari kita.
Tuhan, kata Paus, menarik hati kita dan seluruh keberadaan kita, mengundang kita kepada-Nya.
“Ini adalah waktu untuk mempertimbangkan kembali jalan yang kita ambil,” katanya, “untuk menemukan rute yang menuntun kita pulang dan menemukan kembali hubungan kita yang mendalam dengan Tuhan, yang menjadi sandaran segalanya.”
Dari Perbudakan Menuju Kebebasan
Paus Fransiskus mendesak orang-orang Kristiani untuk mengevaluasi arah kehidupan menuju dan seberapa teguh berjalan di sepanjang jalan menuju Tuhan.
“Perjalanan Prapaskah adalah eksodus dari perbudakan menuju kebebasan,” tandasnya.
Saat kita maju, kata Bapa Suci, kita akan merasa tergoda untuk kembali ke kebiasaan dan ilusi lama kita. Tetapi kita dapat menemukan kembali jalan kita dengan melihat Firman Tuhan, tidak peduli berapa kali kita tersandung.
Kepada Bapa, Putra, dan Roh Kudus
Paus Fransiskus mengatakan bahwa langkah pertama Prapaskah melibatkan kembali kepada Bapa, dengan menerima pengampunan Tuhan dalam Sakramen Pengakuan Dosa (Tobat).
“Pengampunan Bapa yang selalu membuat kita bangkit kembali,” katanya.
Selanjutnya, katanya, kita perlu kembali kepada Yesus. Seperti penderita kusta yang kembali untuk berterima kasih kepada-Nya, kita juga “membutuhkan kesembuhan dari Yesus. Kita perlu menunjukkan luka kita kepada-Nya dan berkata: ‘Yesus, aku di hadapanMu, dengan dosaku, dengan kesedihanku. Anda adalah dokter. Anda bisa membebaskan saya’.”
Kemudian, kata Paus Fransiskus, kita diundang untuk kembali kepada Roh Kudus.
Abu ditaburkan di kepala kita, katanya, mengingatkan kita bahwa kita ini debu. “Namun di atas debu kita ini, Tuhan meniup Roh kehidupan-Nya.”
Dalam Rekonsiliasi Yang Sepenuh Hati
Bapa Suci melanjutkan dengan mencatat bahwa perjalanan kembali kita kepada Tuhan hanya mungkin karena Dia “yang pertama melakukan perjalanan kepada kita.” Karena Yesus merangkul dosa dan kematian kita, “perjalanan kita adalah tentang membiarkan Dia memegang tangan kita.”
Tanggapan kita atas undangan Tuhan, kata Paus Fransiskus, melibatkan rekonsiliasi yang sepenuh hati, “dengan perbuatan dan praktik hidup yang mengungkapkannya.”
Turun Dalam Kasih
Terakhir, Paus Fransiskus mengingatkan kita bahwa Masa Prapaskah adalah waktu yang tepat untuk melakukan perjalanan menuju Tuhan dan menuju saudara dan saudari kita.
“Prapaskah adalah turunnya hati yang rendah hati baik ke dalam maupun ke arah orang lain,” katanya. “Ini tentang menyadari bahwa keselamatan bukanlah pendakian menuju kemuliaan, tetapi keturunan dalam kasih.”
Tidak peduli seberapa sering kita tersandung, tandas Paus Fransiskus, kita selalu dapat berpaling kepada Salib Kristus dan merenungkan kekurangan dan kekosongan kita sendiri dalam luka-luka-Nya.
“Dengan mencium luka-luka itu, kita akan menyadari bahwa di sana, dalam luka hidup yang paling menyakitkan, Tuhan menunggu kita dengan belas kasihan-Nya yang tak terbatas.”
(Devin Watkins,Vaticannews.va, terjemahan RP. Frans de Sales SCJ)
Sumber artikel : Pope at Ash Wednesday Mass: ‘Lent is a journey of return to God’
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.