DALAM sebuah wawancara dengan tim majalah asal Belgia, Rabu lalu (7/12) di Vatikan, Paus Fransiskus mengingatkan media untuk menghindari godaan untuk terus fokus pada isu skandal.
Paus membandingkan sikap tersebut dengan ‘coprophilia’: kelainan jiwa di mana penderitanya mengalami ketertarikan abnormal terhadap kotoran/feses.
“Menurut saya, media harus menjadi bersih, benar-benar bersih dan transparan. Lalu tidak jatuh -tanpa bermaksud mencela, tolong- ke dalam gejala coprophilia,” kata Bapa Suci menanggapi jurnalis yang suka mengangkat berita skandal.
Media adalah pembangun masyarakat, media menimang ide, pendidikan, dan memuat hal yang akan membuat pemirsanya berpikir. Media seperti manusia, punya godaan. Menurut Paus, media dapat tergoda untuk menurunkan citra atau martabat seseorang, terutama dalam politik, apalagi dengan maksud menjelek-jelekkan.
“Setiap orang punya hak untuk nama baik. Mengangkat masa lalu gelap seseorang dan menuntut sesuatu daripadanya -meskipun perkaranya sudah selesai- adalah masalah serius, menyakiti, dan ‘membatalkan’ harkat seseorang. Tidak ada kebaikan sama sekali. Ini adalah dosa dan perbuatan menyakiti,” tegas Paus.
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.