PERTEMUAN antara Paus Fransiskus dan Imam Besar Al-Azhar, Mesir, Syekh Ahmad Muhammad Ahmad Ath-Thayyeb, sarat makna, sangat bermakna.
Inilah pertemuan pertama antara pemimpin umat Katolik sedunia dan Imam Besar Al-Azhar sejak hubungan antara Vatikan dan Al-Azhar dingin lima tahun silam. Karena itu, pertemuan di Vatikan antara kedua tokoh itu pertama dan utama telah menghangatkan kembali hubungan antara kedunya. Pertemuan tersebut telah menghangatkan kembali – yang ditandai dengan saling peluk- hati kedua pemimpin agama abrahamik.
Selama sekitar 30 menit, kedua pemimpin berdialog di perpustakaan pribadi Paus. Dialog adalah suatu perjumpaan, saling percaya, dan saling hormat satu sama lain. Perjumpaan memang kadang mengagetkan dan menimbulkan banyak kesan, bisa positif dan juga bisa negatif. Akan tetapi, perjumpaan yang dilandasi saling percaya dan saling hormat satu sama lain akan menghasilkan kesadaran baru tentang makna hidup dan bagaimana hidup bersama seharusnya.
Kiranya benar yang dikatakan oleh seorang tokoh post-orientalis, Hans Kung, bahwa tidak ada perdamaian dunia tanpa perdamaian antaragama. Perdamaian hanya bisa terwujud jika ada dialog antaragama, antarumat beragama dan kepercayaan, dan tidak ada dialog antaragama tanpa mengkaji fondasi agama – agama. Pertama-tama dialog, saling percaya, saling hormat satu sama lain dimulai, diberikan contoh oleh para pemimpin agama. Dan diharapkan dari sana akan turun ke seluruh umatnya, ke seluruh pengikutnya.
Sangat tidak mungkin pertemuan itu terjadi kalau tidak ada kerendahan hati di antara keduanya, kedua pemimpin. Petemuan itu seperti dikatakan secara singkat oleh Paus, “ pertemuan kami adalah pesan” – adalah penutupan masa lalu sekaligus awal babak baru untuk bersama – sama menghadapi dunia yang penuh persoalan. Dunia yang sedang berjuang untuk menegakkan perdamaian dan meruntuhkan kekejaman ekstremisme, dan terorisme.
Di beberapa bagian dunia, ekstremisme dan terorisme bermantol agama menebarkan kekejaman dan menghancurkan nilai – nilai kemanusiaan, dan sebenarnya sekaligus meruntuhkan keluhuran nilai – nilai agama. Pertanyaan klasiknya adaalah kalau keberadaan agama harus dibela dengan kekerasan, apa sumbangannya terhadap peradaban manusia?
Kita berharap bahwa pertemuan di Vatikan, antara Paus Fransiskus dan Imam Besar Al-Azhar, Syekh Ahmad Muhammad Ahmad Ath-Thayyeb, akan menjadi simpul ikatan yang tidak akan terlepas, yang menyatukan kesadaran bahwa “ kita adalah saudara”, yang sama – sama cinta damai, dan terus berusaha mewujudkan bahwa kedua agama adalah gama cinta damai.
Sumber: Kompas, 26/5/2016
Kredit Foto: Paus Fransiskus menerima Imam besar Al-Azhar di ruang kerjanya (www.repubblica.it/vaticano)
Imam diosesan (praja) Keuskupan Weetebula (Pulau Sumba, NTT); misiolog, lulusan Universitas Urbaniana Roma; berkarya sebagai Sekretaris Eksekutif Komisi Komunikasi Sosial (Komsos) KWI, Juli 2013-Juli 2019