PEN@ Katolik — Paus Fransiskus pada hari Kamis Putih, 2 April 2015, merayakan Misa Perjamuan Tuhan di penjara Rebibbia Roma. Misa itu juga dihadiri oleh para tahanan dari pusat penahanan perempuan yang terletak di dekatnya. Dalam Misa itu, Paus Fransiskus membasuh kaki dari enam pria dan enam perempuan, termasuk seorang ibu yang menggendong anak kecil di pangkuannya.
Dalam homili yang dibawakan secara spontan saat Misa itu, Paus Fransiskus memfokuskan bagian dari bacaan Injil yang mengatakan “Dia mencintai-Nya di dunia, dan Ia mengasihi mereka sampai akhir.”
“Dia mengasihi kita tanpa batas, sampai akhir,” kata Paus Fransiskus. “Dia tidak pernah lelah mencintai …. Dia mengasihi kita semua, bahkan Dia mau memberikan hidupnya sendiri bagi kita.”
Paus menunjuk para tahanan secara perorangan dan berkata bahwa Yesus memberikan hidup-Nya “untuk Anda, untuk Anda, untuk Anda, untuk saya … untuk semua orang, nama diri dan nama keluarga. Kasih-Nya seperti ini … begitu pribadi.”
Bapa Suci mengatakan kepada mereka bahwa Allah “tidak pernah lelah mengasihi, demikian juga Dia tidak pernah lelah memeluk kita.”
Seraya mengutip Yesaya, Paus Fransiskus mengatakan, “Kasih Allah tidak mengenal batas. ‘Sekalipun seorang ibu melupakan anaknya, Saya tidak akan melupakan kalian.’ Itulah kasih Allah bagi kita.”
Dalam Ritus Pembasuhan Kaki, beberapa tahanan menangis saat Paus membasuh kaki mereka. Seorang tahanan perempuan dari Afrika menggendong anaknya yang kecil, dan Paus membasuh juga kaki anak lelaki itu.
Sebelumnya dalam homili, Paus mengatakan bahwa dalam zaman Yesus, mencuci kaki adalah pekerjaan seorang budak. “Yesus begitu mengasihi, sehingga Dia menjadi budak untuk melayani kita, untuk menyembuhkan kita, untuk menyucikan kita,” kata Paus Fransiskus.
“Saya juga perlu dibersihkan oleh Tuhan,” kata Paus. “Dan untuk ini, berdoalah dalam Misa ini, sehingga Tuhan juga menyuci dosa-dosa dan noda-noda saya, sehingga saya menjadi lebih seperti budak dalam melayani orang-orang seperti yang Yesus lakukan.” (pcp dari penakatolik.com berdasarkan laporan Charles Collins dari Vatican Radio)
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.