BERKUNJUNG ke Maroko pada Sabtu hingga Minggu (30-31/3), Paus Fransiskus kembali menekankan pentingnya kebebasan beragama dan hubungannya dengan hak dan martabat yang dimiliki setiap orang. Hal ini disampaikan Paus dalam pertemuannya bersama Raja Maroko, Muhamed VI.
“Kami percaya bahwa Tuhan menciptakan manusia dengan hak, kewajiban, martabat, dan panggilan yang sama untuk hidup sebagai saudara dan menyebarkan nilai-nilai kebaikan, cinta dan kedamaian,” kata pemimpin 1.3 miliar umat Katolik, seperti dilansir catholicnewsagency.
“Inilah mengapa kebebasan hati nurani dan agama tidak terpisahkan, dan tak hanya sebatas kebebasan beribadah saja tetapi lebih menunjuk kepada hidup yang bebas sesuai dengan keyakinan agama masing-masing sebagai harkat manusia.” Paus menambahkan.
Dalam dialog otentik, Bapa Suci menyampaikan pentingnya membawa kesadaran beragama dalam “menjembatani hubungan antar umat beriman”, iman kepada Tuhan menuntun manusia untuk menghargai martabat manusia serta hak-haknya yang melekat.
Dari sudut pandang dialog antarumat beragama dikatakan, “kesadaran untuk senantiasa menggerakan diri dalam upaya menciptakan toleransi dapat dibentuk dengan membangun rasa saling pengertian, serta menjalin hubungan yang baik, sebagai semangat panggilan dalam persahabatan dan persaudaraan”. Imbuhnya.
Dalam kunjungannya kali ini, Paus Fransiskus membawa pesan perdamaian, kepedulian terhadap para kaum migran serta menciptakan dialog antar umat beragama. Rasa terima kasih diungkapkannya kepada seluruh warga Maroko atas sambutan, keramahtamahan dan tradisi yang diperkenalkan.
Kunjungan Paus Fransiskus ke dua negara mayoritas Muslim yakni Uni Emirat Arab dan Maroko terjadi setelah sejarah 800 tahun lalu, pertemuan Santo Fransiskus Asisi dan Al Kamil, Sultan Mesir. Memperingati pertemuan ini Bapa Suci mengungkapkan rasa syukurnya berkesempatan penyelenggaraan dialog antar umat beragama agar tercipta rasa saling pengertian para pengikut kedua agama.
“Peristiwa ini menjadi salah satu pertemuan terpenting di dunia, mengarahkan pada upaya persahabatan dan perdamaian serta menciptakan harmoni kehidupan bagi umat manusia. Langkah menuju persiapan masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang”. ujarnya
Bapa Suci dalam pidatonya memuji atas keberhasilan terselenggaranya Konferensi Internasional 2016, di Marrakesh, yang mengecam eksploitasi agama atas diskriminasi dan mendorong partisipasi kaum minoritas dalam masyarakat. Sri Paus juga memuji Institut Ekumenis Al Mowafaqa di Rabat. Institut ini memprakarsai dialog umat Katolik dan Kristen serta mengenalkan dialog dengan budaya dan Islam.
“Merujuk pada deklarasi perdamaian yang telah ditandatangani bersama dengan Ahmed el-Tayeb, Imam Besar al-Azhar, di Abu Dhabi pada bulan Februari. Langkah untuk menghentikan penyalahgunaan agama untuk kekerasan, ekstremisme dan kebutaan fanatisme, serta penyalahgunaan nama Tuhan untuk membenarkan tindakan pembunuhan”, terang Sri Paus.
Paus Fransiskus berkata bahwa ia ingin mengambil bagian dalam membangun negara persaudaraan dan makmur tersebut, yang memiliki rasa kepedulian dan kebaikan bersama masyarakat. Diketahui, karya Gereja Katolik di Maroko telah menghasilkan layanan sosial dan pendidikan kepada siswa dari berbagai latar belakang.
“Sebagai rasa syukur kepada Tuhan, perkenankan saya mendorong umat Katolik dan semua orang Kristen untuk menjadi pelayan, promotor dan pembela persaudaraan manusia di Maroko,” tutup Paus Fransiskus.
Sumber: catholicnewsagency
Staf Komisi Komunikasi Sosial, Konferensi Waligereja Indonesia, sejak Januari 2019-…