Sabtu, 19 April 2008 | 00:53 WIB
Washington, Jumat – Setelah tiga hari dramatis di mana dia menempatkan skandal penganiayaan seksual oleh imam Katolik ke depan, Paus Benediktus XVI mengalihkan perhatiannya hari Jumat ke tujuan semula kunjungan pertamanya ke AS sebagai pemimpin Gereja Katolik Roma.
Setelah sebuah penerbangan dini hari dari Washington ke New York City, Paus Benediktus XVI akan menyampaikan pidato di hadapan Sidang Umum PBB, mengambil kesempatan pertamanya untuk berbicara secara global.
Situasi itu berbeda secara dramatis dengan pertemuan hari Kamis, di mana Paus Benediktus XVI berdoa dengan korban penganiayaan seksual pada masa kanak- kanak oleh imam-imam.
Ketika Paus Benediktus XVI berbicara dengan para diplomat dari seluruh dunia, dia kemungkinan besar akan membicarakan beberapa tema luas, menurut Jo Renee Formicola, guru besar ilmu politik Seton Hall University yang telah mengkaji kepausan dan hubungan internasional.
Hal itu di antaranya adalah imbauan untuk prinsip moral dan etika dasar sebagai panduan bahkan dalam masyarakat pluralistik, sebuah agenda hak asasi manusia yang meliputi kebebasan agama dan kesucian nyawa manusia, dan tanggung jawab negara-negara dunia pertama untuk membantu negara-negara berkembang.
“Paus akan mendorong gagasan bahwa perseorangan dan negara bisa melewati kepentingan mereka sendiri dan mengupayakan kepentingan orang banyak, kata Formicola.
“Ini adalah penampilan sebenarnya yang pertama ke panggung dunia,” katanya. “Saya rasa dia menyadari ini sebagai sebuah momen bersejarah. Saya rasa ini tidak akan mengenai isu-isu yang sifatnya memecah belah. Ini akan mengenai semua hal yang mempersatukan kita-tema-tema perdamaian, kesempatan, bantuan, dan pertolongan.”
Forum ini juga memberi kesempatan kepada Paus Benediktus XVI untuk membicarakan konflik Israel-Palestina dan Irak, pokok-pokok persoalan yang dihindarinya di Gedung Putih saat dia berdiri di samping arsitek dari perang yang telah lima tahun berlangsung itu.
Kunjungan Paus Benediktus XVI ke PBB akan merupakan yang keempat oleh seorang Paus. Paus Paulus VI datang tahun 1965 untuk ulang tahun ke-20 badan dunia itu dan Paus Yohanes Paulus II pada tahun 1979 dan 1995 untuk ulang tahun ke-50 PBB.
“Normal saja untuk memperkirakan bahwa setelah para pendahulunya, Paus Benediktus XVI akan berbicara mengenai perdamaian,” kata Uskup Celestino Migliore, pengamat permanen Vatikan di PBB.
Merangkul
Migliore mengatakan, Paus Benediktus XVI tidak akan punya waktu untuk mendiskusikan krisis-krisis di seluruh dunia secara rinci. “Namun tentunya, datang ke PBB sebagai seorang peziarah perdamaian, dia akan mengatakan, kita tidak bisa mendasarkan hubungan kita pada gagasan palsu yang mungkin akan jadi benar bahwa kita tidak bisa membangun masa depan kita pada perimbangan kekuasaan sederhana,” kata Migliore pekan lalu. “Masa depan kita harus berdasarkan pada sikap hormat pada kebenaran universal dan kemanusiaan.”
Kunjungan Paus Benediktus XVI di New York juga akan termasuk sebuah kunjungan ke Ground Zero walau dia tak dijadwalkan untuk berbicara. Dia juga akan memimpin misa di Stadion Yankee, mengunjungi sinagoga, dan bertemu dengan para pemimpin agama lain.
Akan dilihat apakah Paus Benediktus XVI terus berbicara mengenai krisis penganiayaan seksual. Dia diharapkan akan membicarakan hal itu hari Sabtu ketika dia mempersembahkan misa bagi para imam, diakon, dan para anggota ordo keagamaan di Katedral St Patrick di Manhattan.
Hari Kamis di Washington, Paus Benediktus XVI bertemu untuk pertama kali dengan para korban paedofilia oleh imam- imam Katolik, memberi mereka dukungan setelah dia mengakui kepedihan dan derita serta kerusakan yang disebabkan skandal seks Gereja itu.
Setelah merayakan misa dengan sekitar 48.000 orang, Kamis pagi, Paus Benediktus XVI bertemu dengan sekelompok kecil orang yang pernah dianiaya secara seksual oleh imam, kata Vatikan dalam sebuah pernyataan.
Kelompok itu berdoa bersama dan Paus Benediktus XVI mendengarkan kisah-kisah para korban, dan “memberi mereka kata- kata penghiburan dan harapan”.
Pertemuan dengan kelima korban itu berlangsung 20 sampai 25 menit, kata para pejabat.
Memberi harapan
Beberapa dari korban kasus paedofilia itu mengatakan kepada CNN bahwa Paus Benediktus XVI telah memberi mereka harapan bahwa Gereja akan berubah. “Saya katakan kepadanya, Bapa Suci, Anda punya sebuah kanker yang tumbuh di kalangan umat Anda dan Anda perlu melakukan sesuatu mengenai itu, dan saya harap Anda mengerti saya dan mendengarkan saya,” kata Bernie McDaid, yang “dianiaya” ketika berusia 12 tahun, kepada CNN.
“Dan saya menyentuh hatinya dan dia mengangguk lagi. Dia memandang ke lantai, mengangkat kepala, dan mengangguk,” katanya.
Olan Horne, korban lain, mengatakan, “Ketika Anda berjumpa dengan seseorang dan Anda tahu Anda tak perlu meyakinkan mereka bahwa ada masalah dan mereka pada hakikatnya mengerti peran mereka di dalamnya, Anda tahu itu. Dan kami bisa melihat itu. Kami bisa melihat itu di matanya, kami bisa melihat itu dalam ketulusannya dan saya keluar dari pertemuan itu dengan harapan yang luar biasa.”
Sebuah kelompok bagi para korban penganiayaan seksual oleh imam di AS mengatakan, pertemuan itu positif, tetapi Paus Benediktus XVI perlu melakukan lebih banyak lagi untuk memperbarui Gereja dan mencegah pelanggaran lebih lanjut.
“Ini sebuah langkah maju kecil yang telah lama dinanti pada sebuah jalan yang sangat panjang,” kata Survivors Network of those Abused by Priests.
Pidato Paus Benediktus XVI kepada para rektor perguruan tinggi Katolik di AS itu termasuk yang paling dinanti dalam kunjungan ini, tapi tertutup oleh pertemuan dengan para korban itu.
Paus Benediktus XVI mengatakan, kebebasan akademis mempunyai nilai yang sangat besar bagi perguruan tinggi, tetapi tidak membenarkan diambilnya sikap yang melanggar iman Katolik. (AP/AFP/Reuters/DI)
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.