KESEHATAN adalah segala-galanya, namun banyak orang yang kehilangan segala-galanya karena kesehatan.
Kalimat pembuka tersebut pas menggambarkan pentingnya kesehatan agar diperhatikan semua orang, termasuk tentunya kaum religius biarawan-biarawati. Alasan inilah yang membuat seminar jantung sehat ini ikut dimasukkan sebagai salah satu acara dalam perayaan Hari Komunikasi Sedunia ke-48, dan khusus perayaan Pekan Komsos Nasional KWI yang digagas Komsos KWI dan Komsos Keuskupan Weetebula, Pulau Sumba.
Seminar dibuka dengan pemutaran dua film dokumenter singkat tentang jantung.
Dr. Irene Setiadi dari Kelompok Bakti Kasih Kemanusiaan (KBKK) menjelaskan latar belakang seminar ini mengapa sampai perlu ada. Masih segar dalam ingatannya, dua tahun lalu ada empat pastor yang meninggal dalam waktu yang berdekatan – meninggal muda gara-gara serangan jantung yang sering dijuluki the silent killer.
Diabetes itu jahat
Untuk mengetahui cara pencegahan penyakit jantung tentu perlu diketahui penyebabnya.
Menjawab pertanyaan salah satu pastor peserta, dr. Irene menjelaskan bahwa faktor genetik memang berperan. Riwayat sejarah penyakit jantung orangtua perlu diketahui. Hal yang perlu dilihat adalah apakah pasien terdeteksi puanya penyakit diabetes atau tidak.
Diabetes atau kencing manis menurut istilah awam merupakan penyakit yang daya rusaknya tinggi sekali. Selain meningkatkan kolesterol, membuat semua organ cepat rusak, juga menyebabkan penumpukkan kerak dan penuaan dini pada pembuluh darah.
“Pembuluh darah itu seperti pipa, kalau masih baru maka lentur fleksibel, walau tekanan air tinggi tidak ada masalah. Nah, kalau sudah ada kerak, menjadi kaku dan mudah pecah. Kalau pecah, menyebabkan stroke,” urai dokter lulusan Jerman tersebut.
Berarti anak yang memiliki sejarah orangtuanya termasuk penderita diabetes lebih berisiko terkena penyakit jantung.
Pertanyaan selanjutnya tentu apa itu bisa dicegah? “Bisa,” jawab dr. Irene, pendiri KBKK yang telah malang melintang dalam pelayanan selama 13 tahun ke hampir seluruh keuskupan di Indonesia.
Pasien berkecenderungan kena diabetes itu perlu dijaga supaya tidak over-weight alias obes. Kalau menjadi gemuk tak terkendali, ketika kelelahan atau breakdown maka penyakit gula turunan tersebut meningkat risikonya 5-10 kali muncul. Selain itu pola hidup sehat perlu dianut, termasuk berolahraga.
Gaya hidup
Faktor lifestyle memang merupakan salah satu penyebab utama penyakit jantung. Olah raga rutin dan sesuai, pola makan termasuk pilihan jenis makanan yang baik, wajib hukumnya untuk mendapatkan kesehatan yang baik di masa depan.
Pola makan seperti makanan banyak lemak, digoreng, atau yang bersantan banyak dalam 10 tahun akan merusak tubuh kita. Orang bisa menjadi lebih sehat karena banyak makan sayuran dan buah-buahan. Namun, kadang orang yang meninggal akibat serangan jantung juga tidak menunjukkan gejala jelas sebelumnya.
Olahraga yang sesuai
Untuk orang yang sudah berusia di atas 45 tahun, olahraga yang sesuai yaitu berenang atau yang lebih sederhana lagi adalah jalan cepat. “Awali dulu dengan jalan perlahan,” pesan dr. Irene, “secara perlahan ditingkatkan menjadi jalan cepat, cukup selama 30 menit.”
Dr. Irene juga mengingatkan akan bahaya pemasaran dari produk-produk suplemen kesehatan yang gencar ditawarkan terutama oleh awam. “Harganya bisa 100x dari harga multivitamin biasa. Ada yang baik, tetapi waspadalah akan produk-produk yang kualitasnya tidak sebanding dengan harganya,” tambah dia.
Stop merokok
Selain bicara tentang penyakit jantung, dr. Irene juga memaparkan tentang bahayanya merokok. “Menurut data ilmiah, 8 dari 10 penderita kanker paru-paru adalah perokok,” tegas dr. Irene, “ini juga termasuk perokok pasif.”
Menurut wakil umat Katolik di LAI ini, satu pertiga rakyat Indonesia merupakan perokok. Itu berarti sekitar 80-an juta jiwa. Dia mengajak para peserta menghitung kerugian yang dialami setiap hari dari hasil kepul asap ini. “Katakanlah setiap perokok menghabiskan satu bungkus rokok sehari, seharga Rp10.000. Maka dalam satu hari saja sebanyak Rp800.000.000.000 alias 800 milyar rupiah ‘dibakar’.
Melihat angka yang mencengangkan ini, marilah kita perangi kemiskinan dengan menghentikan rokok,” seru dr. Irene.
Tidak hanya dampak luar biasa pada ekonomi, lebih lanjut dia mengajak peserta melihat pengaruh buruk dari rokok terutama terhadap generasi muda.
“Dari 80 juta perokok, 5% menjadi pecandu narkoba – 4 juta. Rokok merupakan anak tangga pertama masuk ke narkoba, alcohol, dan seks bebas,” jelasnya.
Seminar ini dihadiri tidak kurang dari 108 orang yang terdiri dari 45 pastor, 12 suster, 11 frater , sisanya awam yang merupakan perwakilan dari paroki-paroki, lembaga, dan komisi –komisi keuskupan.
Para peserta tampak antusias menyerap informasi yang diberikan, seperti terlihat dari banyaknya pertanyaan yang diajukan.
Keterangan Foto : Para peserta seminar ‘Menjaga Kesehatan Jantung’ / Foto : Royani Lim
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.