Beranda BERITA Pastor Albert Smit, MSC Rayakan 60 tahun Hidup Membiara

Pastor Albert Smit, MSC Rayakan 60 tahun Hidup Membiara

Dok: FB Seminari Kakaskasen

 MIRIFICA.NET, TOMOHON – Desember 1967, 52 tahun silam, Imam muda, berkebangsaan Belanda, berusia 27 tahun, (lahir 22 Maret, 1940), 8 tahun sebagai Misionaris Hati Kudus Yesus (Kaul I, 21 September 1959), 2 tahun Imamat (Tahbisan 2 Mei 1965), bernama lengkap Albertus Bernardus Gerardus Joseph Smit mendarat di Manado dan langsung tinggal di Seminari Menengah Fransiskus Xaverius, Kakaskasen-Tomohon. Sejak saat itu sampai hari ini, Pastor yang bernama panggilan Abi atau Miki oleh para seminaris, tinggal sebagai Formator dan Pengajar calon-calon imam.

Lulusan Universitas Nijmegen, Belanda ini dengan setia menjadi Guru Bahasa Latin. Meski menurut ceritanya, ia sebenarnya tidak tertarik ke Indonesia, ia hanya ingin menjadi misionaris MSC yang berkarya di luar Belanda, tetapi akhirnya tahun ini, saat merayakan 60 tahun hidup membiara (21/09), ia menjalankan karyanya selama 52 tahun di seminari, di Indonesia. Ribuan orang sudah menjadi muridnya, begitu banyak umat sudah dilayaninya, dan tak terbilang jasa dan karya Tuhan lewat Pastor yang bermotto imamat Caritas Christi Urget Nos (Kasih Kristus Mendorong kita) ini.

Dokpri: Maxi Paat

Sulung dari 6 bersaudara dari pasangan Johan S.B. Smit dan Gorrit Dina Siemerink, sangat bersyukur boleh menjawab kebutuhan Mgr. Veerhoven MSC-Uskup Manado waktu itu, akan seorang tenaga pengajar Bahasa Latin bagi seminari menengah Kakaskasen. “Saya sangat suka mengajar dan rela untuk melakukannya”, kata Pastor Smit, tentang kesetiaannya mengajar dalam waktu yang sangat Panjang.

Mensyukuri rahmat 60 tahun hidup membiara Pastor Smit sebagai biarawan MSC, 21 September 2019, Seminari Fransiskus Xaverius menggelar perayaan Syukur. Superior Daerah MSC Wilayah SULKALTIM, Pastor Berty Tijow MSC,  Bersama Uskup Emeritus Mgr. Josef Suwatan MSC dan sang Yubilaris memimpin Perayaan Ekaristi, sementara Rektor Seminari Kakaskasen P. Hadi Ignatius Untu, didaulat sebagai pembawa homili. Mengangkat figur Matius Rasul, yang pertobatannya dirayakan hari ini, Pastor Hadi menunjuk teladan Matius, sang pemungut pajak, yang meninggalkan kemapanan hidupnya untuk menemukan Harta yang lebih besar; yaitu harta ilahi.

Lebih lanjut, Pastor Hadi, menunjuk pengalaman hidup Matius dan Pastor Smit, meski tentu tidak sama persis dengan pengalaman Matius, tetapi ketika diminta tarekat ke Indonesia, Ia langsung, bangkit, bergerak dan meniggalkan kemapanan dan zona nyaman, sama seperti Matius. Meski tidak tahu Indonesia, apalagi Manado di manakah gerangan, tetapi Pastor Smit berangkat, karena tergerak oleh belas kasih, cinta, dan keinginan untuk melayani seperti Yesus. “Ia membawa spiritualitas hati. Ia membawa bakat, talentanya dengan penuh kasih dan tanggung jawab,” tutup pastor Hadi.

Sesudah Perayaan Ekaristi, pesta syukur dilanjutkan dengan pagelaran Home Concert bertajuk The Joy of Kimentur”. (Kimentur adalah sebuah bukit di belakang Seminari, di mana ada Gua Maria). Seluruh warga “Kimentur” (sebutan untuk alumni dan seminaris Seminari Kakaskasen) bergembira dan bersukacita atas anugerah 60 tahun membiara ini. Mgr. Benedictus Untu, MSC, Uskup Manado; salah satu mantan murid, turut mengungkapkan rasa syukurnya atas kesetiaan Pastor yang sambil bekerja di seminari, pernah menjadi Pastor Paroki Santo Antonius de Padua Taratara selama 18 tahun, Pastor Paroki Santo Antonius de Padua Tataaran selama 2 tahun dan menjadi Rektor Karmel Santa Theresia Kakaskasen selama 26 tahun.

Mgr. Rolly dalam Buku Kenangan menyatakan, dengan modal cinta, Pastor Smit sudah menyatakan kesediaan menjadi Misionaris Hati Kudus, menjawab “ya” menjadi Imam MSC; menyatakan “ya” untuk meninggalkan tanah kelahiran menuju Indonesia, terlebih Seminari Kakaskasen. Dengan modal cinta yang sama pula, ia sudah menanamkan cintanya di Seminari Kakaskasen dan sampai hari ini cintanya masih tetap bersemi untuk Seminari Kakaskasen, untuk Keuskupan Manado, dan untuk tarekat MSC.  “Cinta Hati Kudus membuat hidup dan karyanya berakar kokoh di Seminari Kakaskasen ini dan di manapun juga ia menjalankan karya perutusannya”.

Uskup Amboina dan Administrator Keuskupan Agung Merauke Mgr Petrus C. Mandagi MSC, turut memberikan kesaksian dalam Buku Kenangan: “Lebih 50 tahun, ia berkarya sebagai pembina dan guru, khususnya Bahasa Latin.  Saya termasuk anak didiknya. Pantaslah saya ucapkan Proficiat kepada beliau atas HUT ke-60 hidup membiara. Haruslah saya katakan bahwa beliau adalah seorang biarawan MSC sejati. Dalam arti, Spiritualitas Hati sebagai spiritualitas MSC mewarnai hidupnya sebagai Imam. Ia senantiasa percaya akan cinta Allah. Kepercayaan ini membuatnya terdorong menyerahkan diri sepenuhnya kepada Kristus dan gerejaNya. Apa yang sangat mengagumkan bagi saya ialah ketaatan dan kesetiaannya selama lebih dari 50 tahun mengabdikan diri sebagai pembina dan guru di Seminari Menengah Kakaskasen, Tomohon, Pastilah beliau mengambil contoh pada St. Joseph, pelindung khusus Tarekat MSC, dalam hal kesetiaan”. Lebih lanjut Mgr. Mandagi yang baru diangkat sebagai Administrator Apostolik Keuskupan Agung Merauke ini menambahkan: “Benarlah apa yang dikatakan oleh Paus Benediktus XVI kepada para Imam di Kamerun ketika mendoakan Vesper bersama, 18 Maret 2009 : “Di segala waktu, tetapi khususnya ketika kesetiaanmu sebagai Imam diuji, maka St. Joseph mengingatkan kita akan nilai dan arti janjimu sebagai Imam dihadapan Tuhan”.

Dok: FB Seminari Kakaskasen

“Dengan mengambil contoh pada kesetiaan Pastor Abi Smit MSC, hendaklah kita para Imam, khususnya para Imam MSC, merenungkan apa yang dikatakan oleh Paus Fransiskus dalam homili misa kanonisasi, 12 Mei 2013, di lapangan St. Petrus : “Marilah kita setia atau bertahan dalam iman yang kita terima dan yang adalah harta kita yang benar. Baiklah kita membaharui kesetiaan kita pada Tuhan, pun ditengah-tengah halangan-halangan, tantangan-tantangan, dan kesalahpahaman. Allah tidak akan membiarkan kita kekurangan kekuatan dan kedamaian serta ketenangan”.

Di usia yg ke 79, Pastor Smit, menikmati masa tuanya dan tinggal bersama para pembina dan seminaris di Seminari kakaskasen. Walaupun saat ini beliau sudah tidak lagi mengajar, karena usia sudah lanjut apalagi kesehatannya yang sedikit terganggu. Tetapi beliau mengatakan sangat senang tinggal di seminari berada bersama-sama dengan staf pembina dan para seminaris. Di usia tuanya, ia masih setia melanjutkan tugas yang sudah sejak lama dilakukannya selain mengajar yaitu menjadi perawat kesehatan seminaris, karena itu iapun disebut “Tabib” oleh para seminaris. Banyak selamat Pastor Smit atas Rahmat Kesetiaan sebagai biarawan, sebagai imam, sebagai guru dan Pembina di seminari menengah. (Handry Pitoy)

Editor: RD. Steven Lalu