Bertempat di wisma samadi Gonsalo Veloso Karang Panjang, Ambon, Uskup Diosis Amboina, Mgr P.C. Mandagi MSC dalam kesatuan dengan 69 Imam Projo Keuskupan Amboina menjalani retret tahunan pembaharuan hidup imamat. Tampil sebagai pembimbing retret bertajuk, “Menjadi Pelayan Kristus Yesus” itu adalah Uskup Keuskupan Jayapura Mgr Leo Laba Ladjar OFM. Retret berlangsung 5 hari terhitung sejak Minggu, 1 Februari 2015.
Rasul Paulus, partner sharing
Mgr Leo menuntun peserta retret untuk menimba inspirasi bagaimana menjadi pelayan Kristus Yesus dari kedua belas Rasul, termasuk Santo Paulus, Rasul untuk bangsa-bangsa bukan Yahudi. “Dalam hal apa kedua belas Rasul termasuk Paulus menjadi pelayan dan saksi?,” demikian Mgr Leo bertanya. Beliau menjawab, mereka menjadi pelayan dan saksi pemberitaan Injil Allah bagi bangsa-bangsa. Namun, supaya berkualitas pemberitaan Injil Allah, kedua belas Rasul dan Santo Paulus diminta untuk tinggal bersama Yesus. “Tinggal bersama Yesus merupakan syarat mutlak bagi semua pelayanNya, termasuk kita para Imam di zaman ini,” ujar Uskup Jayapura itu.
Mgr Leo menjelaskan, tinggal bersama Yesus berarti seorang imam hendaknya mengidentifikasikan dirinya dengan Yesus, berjalan bersama Dia di dalam jalan-Nya. “Jalan penyangkalan diri, jalan pengorbanan dan jalan derita, itulah yang harus dilalui oleh seorang pelayan Kristus Yesus. Apa pun tantangan, hadapilah semuanya bersama Yesus.” Ujar Mgr Leo memberi motivasi.
Jangan menjadi pekerja-pekerja curang
Uskup kelahiran Bauraja, Lembata, 4 November 1943 ini mengingatkan pastores Keuskupan Amboina untuk tidak boleh menjadi seperti rasul-rasul palsu, pekerja-pekerja curang yang menyamar sebagai rasul-rasul Kristus (2 Kor 11:13). “Pelayan palsu hanya mencari keuntungan diri sendiri dengan menjual nama Yesus Kristus,” tandasnya. Berguru pada Rasul Paulus, Uskup Leo mengajak para Imam peserta retret untuk siang dan malam terus menerus berjerih lelah dan bekerja berat demi memelihara jiwa-jiwa jemaat yang dipercayakan kepadanya. “Pelayan Kristus Yesus adalah mereka yang siap sedia berkorban demi keselamatan jiwa-jiwa kawanan domba yang dipercayakan Allah bagi mereka. Pelayan Kristus Yesus harus berkorban tanpa menuntut upah,” kata Uskup Leo.
Murid yang diberi jabatan, harus melayani!
Selanjutnya, menurut Mgr Leo para Rasul adalah murid-murid Tuhan yang harus melayani seperti Sang Guru. Yesus datang untuk melayani, bukan untuk dilayani. “Kiranya jati diri hamba atau pelayan ini juga dihayati dan diwujudnyatakan dalam tindakan pastoral setiap Imam Keuskupan Amboin,” pintanya. Seorang hamba adalah dia yang mau melayani mereka yang lemah dan mau menjadi yang terakhir. Semakin tinggi jabatan seorang imam, harusnya semakin banyak pula dia melayani. “Jiwa atau semangat para pejabat Tuhan adalah pengabdian dan pelayanan,” demikian Mgr Leo menginspirasi pastores peserta ret-ret..
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.