VATICAN CITY, Mirifica news – Memakai istilah “genoside” untuk menggambarkan peristiwa penganiayaan dan pembunuhan terhadap orang-orang Kristen di Timur Tengah beresiko mengurangi makna keberanian dan kesaksian dari orang-orang yang dengan tegar mengakui iman akan Yesus Kristus sekalipun berhadapan dengan kematian, ujar Paus Fransiskus.
“Saya ingin mengatakan secara jelas bahwa saya tidak suka dengan penggunaan istilah tersebut ketika orang berbicara mengenai sebuah “pembunuhan massal terhadap orang-orang Kristen,” seperti di Timur Tengah”, kata Paus, menanggapi pertanyaan pada Sabtu (18/6) lalu. Menggunakan kata penganiayaan dan “pembunuhan massal,” katanya, merupakan sebuah kategori hukum dan sosiologi yang mengungkapkan “misteri iman: mati sebagai martir Kristen”.
Pastor Jesuit Frederico Lombardi, juru bicara Vatikan, mengatakan Paus Fransiskus tidak sedang berbicara tentang term ‘genoside’ pada sebuah level politik, tetapi pada level iman. Ketika term itu dipakai untuk menggambarkan kondisi penganiayaan orang-orang Kristen di Timur Tengah, “dimensi iman merupakan hal yang sangat penting” terutama ketika korban dibunuh karena menolak menanggalkan iman akan Kristus.
Paus Fransiskus menghabiskan waktu lebih dari satu jam untuk menanggapi pertanyaan selama kunjungan singkat sore hari ke Vila Nasareth di Roma dan asrama yang diperuntukan bagi para mahasiswa berbakat namun tidak memiliki keuangan yang cukup untuk melanjutkan studi mereka.
Menanggapi pertanyaan bagaimana orang-orang muda dapat menemukan kembali keberanian untuk menghidupi iman mereka, Paus Fransiskus mengatakan Injil memanggil setiap orang Kristen untuk mengungkapkan kesaksian iman mereka dalam Kristus dan terhadap fakta bahwa Ia mati untuk menebus dosa-dosa kita namun “hidup kembali” menajlin kerja sama sebagai pribadi dan komunitas.
“Mati sebagai martir merupakan ekspresi paling penuh dari kesakisan Kristiani’ kata Paus. “Itu maksimal, heroik”.
Mengenang kembali kematian 21 Orang Kristen Mesir akibat kekejaman “ISIS”di pantai Libia pada 2015, Paus Fransiskus mengatakan tak satupun dari mereka merupakan teolog, tapi mereka adalah dokter-dokter Kristen yang konsisten dengan iman mereka, mereka adalah saksi iman Kristiani.
Setia pada Kristus dan menjadi saksi hidup membutuhkan pengorbanan sekalipun tidak berarti harus mati, kata Paus. Hal ini membutuhkan banyak tindakan kecil kemartiran, “martir kejujuran”, “martir kesabaran” dalam menumbuhkembangkan iman anak, setia untuk mencintai ketika begitu banyak orang mudah berpaling pada jalan lain.
======
Diterjemahkan dari: http://www.catholicnews.com/
Kredfit Foto: news.okezone.com & liputan 6.com
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.