SEBANYAK 50 peserta mengikuti workshop Public Speaking dan Presentasi yang diselenggarakan atas kerjasama Komisi Komsos Keuskupan Atambua dengan komisi Komunikasi Sosial KWI. Para peserta terdiri para pastor muda, suster, OMK, serta para pelajar yang memiliki minat dalam bidang komunikasi. Sebagian besar para peserta merupakan para imam muda yang berkarya dikeuskupan Atambua dengan usia imamat 1 hingga 5 tahun. Workshop yang berlangsung di Pusat Pastoral Emaus Keuskupan Atambua ini, diadakan selama 3 hari dimulai Rabu, 24 Juni 2015.
Workshop ini dipandu sepenuhnya oleh Errol Jonathans, pakar Komunikasi yang sudah sering mengadakan kegiatan yang sama untuk beberapa kelompok kategorial di keuskupan seluruh Indonesia, serta dibantu oleh Rm. Kamilus Pantus Pr selaku sekretaris komsos KWI, dan DR. Norbert Jegalus selaku anggota tim Komsos KWI.
Dalam kegiatan ini hadir juga ketua Komsos Keuskupan Atambua Rm. Maxi Sikone serta Sekretaris 1 Rm. Marley Knafmone, Pr. Ketua Komisi Komsos Keuskupan Atambua dalam sambutannya mengapresiasi baik kegiatan yang berlangsung selama tiga hari tersebut. Ia mengharapkan agar para peserta melalui kegiatan pelatihan ini dapat memahami teori komunikasi. “Empat tahun yang lalu, pelatihan hanya diikuti oleh para Pastor namun pada tahun ini kita melebar bagi para suster, OMK dan juga pelajar. Melalui kegiatan ini para peserta paling kurang bisa memahami dan merasul untuk bisa berkomunikasi secara baik dan benar”ungkap Pastor Maxi.
Sekretaris komsos KWI, Rm. Kamilus Pantus Pr saat membuka workshop ini mengatakan “Isi pewartaan yang baik perlu didukung dengan teknik penyampaian yang baik, dengan cara komunikasi yang bisa didengar dan dimengerti oleh pendengar. Kita dipanggil agar secara bijak menggunakan media yang ada pada zaman ini” ungkap Pastor Kamilus dengan semangat dihadapan para peserta. Rm. Kamilus menambahkan pesan dari para Bapa Paus, mulai dari Paus Yohanes Paulus II pada hari komunikasi sosial yang dirayakan setiap minggu Paskah VII setiap tahun menyerukan agar alat –alat komunikasi harus menjadi sarana pewartaan yang efektif. “Alat-alat komunikasi harus mendekatkan yang jauh dan mengakrabkan yang dekat. Komunikasi ialah pertemuan, perjumpaan. Komunikasi harus membawa orang pada persekutuan, Communio, yakni bertemu, bersatu dan bersaudara” tutur Rm. Kamilus. Diakhir sambutaannya, Rm Kamilus mengutip pesan Sri Paus Fransiskus dalam Evangelii Gaudium ” semoga kita orang Katolik (pewarta katolik) tidak berwajah muram seperti orang yang baru pulang dari kuburan, melainkan hiduplah dalam sukacita injili dengan penuh semangat mewartakan Kerajaan Allah”.
Tampil sebagai pembicara berikutnya ialah DR. Norbert Jegalus yang membawakan materi berupa pandangan Gereja akan media komunikasi sosial. Dalam pemaparan materi itu, Doktor alumnus universitas Muenchen Jerman pada tahun 2008 ini membeberkan pandangan Gereja Katolik tentang media komunikasi sosial. Ia mengemukakan bahwa ada 3 dokumen Gereja yang berbicara tentang media komunikasi sosial. Ketiga ajaran atau dokumen itu adalah Inter Mirifica (1963), Communio et Progressio (1971) serta Aetates Novae (1991)”ungkap dosen filsafat pada Fakultas Agama, Universitas Katolik Widya Mandira Kupang ini. Pada pemaparannya, direktur eksekutif Institut Pencerahan Masyarakat NTT (IPM) ini juga mengulas tentang pesan hari komunikasi sosial sedunia tahun 2015 yang disampaikan Paus Fransiskus yakni komunikasi interpersonal dan komunikasi intrapersonal.
Pembicara terakhir yakni, Errol Jonathans membawakan materi pelatihan public speaking yang lebih mengarah pada kegiatan praktek public speaking berupa senam olah vokal. Direktur radio suara Surabaya yang telah berpengalaman di bidang presenter radio ini mengajak para peserta untuk menjadi presenter handal. Para peserta diajak untuk melihat kemampuan dan kekurangan yang ada dalam diri, untuk digali kembali menjadi seorang speaker yan handal berbicara dihadapan publik.
Lebih lanjut Errol menjelaskan, komunikasi itu membangun koneksi “komunikasi harus berdampak dan membangun koneksi agar tidak berlalu dan harus memiliki paham yakni LPE atau Logos, Pathos dan Ethos.
Suasana diskusi menarik perhatian peserta mengingat, Errol Jonathan membawakan materi dalam bentuk diskusi visual yang membuat suasana hidup. Diskusi visual tersebut mampu membawa para peserta untuk memahami komunikasi yang efektif. Pesan visual yang dihasilkan mampu memberikan message bagi para pembaca atau pendengar.
Pada kesempatan yang sama, Errol Jonathans membawakan teknik olah vokal. Pada sesi ini para peserta berlatih olah vokal sebagai presenter. Latihan olah vokal ini membantu para peserta untuk menggunakan teknik berbicara yang baik dan benar. Dalam materi ini, Errol Jonathans mengungkapkan teknik olah vokal, pernapasan dan hal-hal teknis berbicara di depan publik seperti modal diafragma, intonasi, aksentuasi dan ritme dalam berbicara.
Keterangan foto: Peserta Workshop Public Speaking dan Presentasi di keuskupan Atambua
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.