SEBAGIAN para imam utusan dari Komisi Komunikasi Sosial (Komsos) keuskupan di Indonesia dalam rangka Pekan Komunikasi Sosial Nasional (PKSN) ke-6 di Toraja, menghadiri Misa Requiem. Misa ini dipimpin oleh Uskup Agung Makassar, Mgr. John Liku Ada’, di Stasi Hati Kudus Yesus Mareali, Toraja, Jumat, 31/5. Requiem ini dirayakan karena meninggalnya Yakobus Duma Nipa, orangtua dari Romo Frans Nipa, imam Keuskupan Agung Makassar.
Mgr. John di dalam kata pengantar Misa menjelaskan tentang pemaknaan kematian dalam iman Katolik sebagai peristiwa iman. Selalu ada hidup baru setelah kematian. Pandangan kematian secara manusiawi memang menjadi suatu kehilangan definitif, tetapi secara rohani ada kehidupan yang baru.
“Kematian itu pasti bagi manusia. Namun dalam iman, kita percaya bahwa lewat kematian, orang yang meninggal masuk dalam hidup yang baru. Kasih setia dan belas kasih Allah menjadi kepunyaan orang yang percaya kepada-Nya.
Lebih lanjut, dalam kotbahnya, Mgr. John Liku Ada’ menggambarkan almarhum Yakobus sebagai sosok guru sepuh. Bagi Bapa Uskup, guru merupakan pahlawan tanpa bintang jasa. Pengabdiannya sebagai bentuk cinta nyata kepada Tuhan. Tuhan memberi bintang jasa abadi.
“Itulah yang kita mohonkan dalam Misa Requiem ini. Tuhan mencintai orang yang menjadikan hidupnya berkat bagi orang lain. Ia mengatakan, bagi orang suci, Tuhan siap melindunginya. Tuhan Maha Sempurna, mati bukan untuk kepentingan Tuhan, tetapi demi keselamatan kita, jika percaya kepada-Nya,” ungkap Mgr. John.
Mewakili Unio Keuskupan Agung Makassar, Romo Carolus Patampang menyampaikan turut berduka yang mendalam dari rekan-rekan imam kepada keluarga Romo Frans Nipa. “Doa dan duka yang dirasakan bersama kiranya memberi pengiburan iman,” demikian Romo Carol dalam sambutannya. (Romo Ino-Atambua/RBE)
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.