PA jadinya jika Indonesia di zaman dulu tak memiliki para pahlawan yang rela berjuang hingga titik darah penghabisan? Mustahil akan ada yang namanya kemerdekaan apabila tidak ada pahlawan. Mustahil akan ada yang namanya kebebasan jika tak ada orang yang mampu meretas belenggu penjajah.
Menariknya, perjuangan para pahwalan itu hanya untuk satu tujuan: kemerdekaan Indonesia. Di Aceh, ada Sultan Iskandar Muda, Teuku Umar, Cut Nyak Dhien, namun mereka berjuang tidak untuk Aceh semata. Di Jawa Barat, ada Otto Iskandar Dinata, Sjafruddin Prawiranegara, mereka juga berjuang tidak untuk Jawa Barat saja. Sederet nama pahlawan dari Jawa Timur semisal Hasyim Asy’ari, Basuki Rahmat, Cokroaminoto, Wahid Hasyim, Sukarno, dan lain-lain. Mereka tidak berjuang atas nama Jawa Timur. Demikian pula, para pahlawan dari Kalimantan, Sulawesi, Bali dan Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua. Mereka semua berjuang demi dan atas nama Indonesia, bukan atas nama daerahnya masing-masing.
Demi Indonesia, para pahlawan berjuang tanpa memperhatikan sekat-sekat sosial seperti suku, agama, dan ras. Perjuangan mereka tidak dibatasi oleh semangat primordial. Tidak juga atas nama pribumi dan demi pribumi. Karena kita tahu, istilah pribumi ini dicetuskan oleh pemerintahan kolonial Belanda. Orang Indonesia tak pernah mencetuskan istilah pribumi, termasuk para pahwalan kita.
Kita hari ini, Indonesia, adalah buah atas perlawanan para pahlawan. Lahir dari rahim sejarah yang menolak dominasi, penindasan, dan ketidakadilan. Sebuah bangsa yang memilih untuk bahagia, bangsa yang merdeka: bangsa yang adil dan berpikir. Para pemimpin hari ini adalah harapan Indonesia di masa depan. Mereka adalah kandidat pahlawan Indonesia di masa mendatang bila sanggup bekerja bagi kemanusiaan Indonesia. Selamat Hari Pahlawan, 10 November 2017.
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.