SEORANG Santo asal Libanon Charbel Makhlouf dikenal luas oleh berbagai kalangan karena mukjizat penyembuhan. Banyak orang – baik Kristen maupun Muslim – pergi berziarah ke makamnya hanya untuk mendapatkan penyembuhan dari Charbel.
“Charbel tidak punya batas wilayah dan batas keyakinan. Tak heran ia dijadikan sebagai pengantara ketika orang-orang datang dan memohon sesuatu, dan ia menjawabnya”, kata Pastor Luis Matar, ditulis CNA dan diberitakan kembali Catholicworldreport.
Peran Matar sebagai koordinator tempat pemakaman Charbel membuat ia tahu berapa banyak peziarah datang mengunjungi makan orang kudus itu. Ia mengatakan bahwa dalam setahun makam Charbel dikunjungi sekitar 4 juta peziarah. Para peziarah itu bukan hanya orang Katolik Maronit, tetapi juga orang Muslim.
Matar juga bertanggung jawab dalam hal pengarsipan seputar pengakuan mujizat penyembuhan ribuan peziarah, terverifikasi secara medis dan dimohonkan dengan perantaraan biarawan Maronit. Banyak mukjizat dialami pula oleh oleh umat Islam.
Dokumen paling mutakhir dibuat Mater pada akhir Desember lalu. Isinya tentang seorang wanita asal Italia (45), menderita penyakit neurologis. Wanita ini sempat dirawat di rumah sakit setelah diketahui berupaya bunuh diri dengan mengonsumsi zat beracun. Di rumah sakit, para dokter menemukan adanya kerusakan pada kerongkongan dan usus begitu parah. “Tetapi jalan terakhir untuk penyembuhan adalah dengan berdoa pada Tuhan,” kata Matar, ke CNA.
Komplek makam St. Charbel sebenarnya terdiri dari Biara St. Maron, tempat Charbel tinggal selama 19 tahun dengan pengabdian luar biasa pada doa, kerja keras, dan keheningan kontemplatif; dan sebuah lokasi pertapaan di mana Charbel hidup dengan asketisme yang keras dan penyatuan yang mendalam dengan Tuhan selama 23 tahun terakhir hingga akhir hidupnya.
Charbel dikenal karena penghayatannya pada ekaristi kudus. Ia menderita stroke justru pada saat sedang merayakan ekaristi kudus di Gereja Katolik Maronit pada 16 Desember 1898, dan akhirnya meninggal. Pada tahun 1977 ia dikanonisasi oleh Paus Paulus VI.
Sumber: catholicworldreport.com.
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.