SEBUAH paroki, terbangun oleh himpunan umat. Namun umat yang tidak diam, melainkan yang hidup, berkegiatan. Kegiatan, bersifat rohani dan jasmani. Paroki menjadi ada, karena adanya ‘kerohanian’ yang dihayati.
Penghayatan hidup rohani, terungkap dalam doa-doa liturgi, kelompok, dan pribadi. Praksis itu menjadi berjalan, bergairah, karena dukungan prasarana jasmani. Dalam lingkup kejasmanian, kecuali prasarana harta bena, juga skill, ilmu mesti melengkapi.
Paroki sebagai kenyataan rohani, akan bisa jalan, dengan didukung hal-kejasmanian berupa sistem. Di situ, ada pengurus, yakni warga-warga umat yang rela meng-urusi. Istilah rohaninya, ‘melayani’. Agar meng-‘urus’-nya, baik, efektif, efisien, menyemarakkan, menggairahkan perlulah skill, ilmu tentang paroki, dan cara mem-paroki.
Guna menambah skil dan ilmu mem-paroki, para Pengurus Gereja Paroki Limpung, beberapa waktu lalu mendapatkan pembekalan. Kegiatan pembekalan diadakan di Bandungan, Ambarawa. Materinya, tentang Spiritualitas-Paroki, manajemen paroki.
Romo Ekonom Keuskupan Purwokerto menyumbang skill ini. Materi lainnya, adalah asal-usul paroki, dinamika paroki, dan mensiasati beda-pendapat. Romo M. Ngarlan menyumbang skill bagian ini.
Bekal sudah didapat dari acara yang berlangsung satu-setengah hari itu. Esok harinya, Senin 8 September, bekal itu dibuka, menjadi sebuah kegiatan pelayanan hari ulangtahun Paroki Limpung. Tepat hari itu Paroki Gembala Yang Baik Limpung, menapaki usianya yang ke-satu.
Menjadi istimewa karena ditandai dengan tiga orang babtisan dewasa. Dan tentu semangat bergairah karena bekal-bekal ilmu keparokian yang sudah didapat.
Terimakasih pada para nara sumber, yang sudah memberikan ilmunya. Dan para tamu, yang sudah datang pada hari ulang tahun Paroki Limpung yang pertama.
Wasalam:
-peng-oedoed ’76-
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.