HARI kedua rekoleksi Orang Muda Katolik (OMK) dalam Pekan Komunikasi Sosial Nasional – Konferensi Waligereja Indonesia (PKSN-KWI) membawa ratusan OMK Keuskupan Manokwari-Sorong menyadari bahwa segala tantangan yang dihadapi di wilayah gereja, lingkungan dan tempat tinggal terdekat mereka mesti diselesaikan dengan strategi yang tepat.
“Hari ini mereka menyadari, lewat permainan dan refleksi, bahwa segala rencana dan langkah yang dibuat harus dijalankan dengan perencanaan, program serta penghitungan serta timeline yang tepat dan jelas,”ujar Sekretaris Komisi Kepemudaan KWI RD Antonius Haryanto, Jumat (15/5/2015).
Selama ini, kata Romo Hary, mereka (para OMK) memang punya semangat untuk melakukan banyak hal. Kalau ada kegiatan, yang menonjol dulu adalah emosi dan gairah yang meluap. Namun, ketika dikaitkan dengan bagaimana itu dijalankan dan strategi apa yang perlu diambil agar kegiatan dan program berjalan, semuanya mendadak berhenti.
Juga bila itu mesti dilakukan dengan pendekatan pada pihak-pihak lain yang terkait dan bagaimana semestinya semangat itu diwujudkan dalam program yang jelas dan terstruktur.
Dalam refleksi selama sehari ini, OMK juga menemukan bahwa mengontrol diri itu penting bila berkomunikasi dengan orang lain. Tidak semua orang bisa dihadapi dengan cara yang sama. Demikian juga bila berkomunikasi dengan keluarga.
“Mereka selama ini juga mendapat tantangan bahwa aktivitas di OMK dianggap sebagai kegiatan yang menghabiskan waktu. Padahal sebenarnya itu hanya masalah komunikasi yang belum tepat,”tegas Romo Hary.
Sebagai sebuah keluarga besar OMK, menurut Romo Hary, para pemuda ini juga menemukan bahwa berkomunikasi dengan orang lain membutuhkan ketrampilan tersendiri.
Keterangan Foto : OMK Keuskupan Manokwari – Sorong sedang berefleksi tentang gereja dan lingkungan lokalnya/ Foto : Retno Wulandari
Mantan Jesuit, Pendiri Sesawi.Net, Jurnalis Senior dan Anggota Badan Pengurus Komsos KWI