Ekaristi sore hari Kamis, (29/6), memahkotai event Indonesian Youth Day (IYD) 2023. Sebanyak puluhan uskup, imam, serta ribuan umat, termasuk peserta IYD, turut serta dalam Ekaristi Hari Raya St. Petrus dan Paulus. Ketua Konferensi Waligereja Indonesia, Mgr. Antonius Subianto Bunjamin OSC menjadi selebran utama dalam perayaan syukur ini.
Gagal: OMK Mau Apa?
Dalam homilinya sore itu, Mgr. Anton mengajak OMK untuk melihat bagaimana cara mereka harus menghadapi kekurangan. “Tadi ada yang membaca bukan dengan mata, tetapi dengan tangan, karena mempunyai kekurangan tuna netra,” katanya.
Ini menjadi sebuah kesaksian, bahwa kekurangan bukan sebuah hambatan. Namun sebaliknya, OMK harus mengenal kehendak Allah atas diri mereka.
Meneladan St. Petrus dan St. Paulus
“Kita punya dua pengalaman rasul yang pernah mengalami kegagalan: Yudas dan Petrus. Yudas gagal lalu bunuh diri. Petrus mengingkari Yesus, tapi bertobat,” tuturnya. Ia juga menyinggung soal St. Paulus, yang sebelum bertemu dengan Yesus adalah seorang pendosa, namun setelah bertemu dengan Yesus, ia bangkit dan bersaksi.
“Siapakah OMK itu? Petrus dan Paulus mereka adalah juga orang muda Katolik,” pungkasnya.
Orang muda, kata Mgr. Anton, mungkin pernah gagal seperti Yudas, dengan menyontek dan hal-hal yang tidak pantas. Mungkin juga pernah menyangkal Yesus. Mungkin pernah menganiaya Yesus melalui kejatuhan. Atas semua kelemahan ini, dia mengajak OMK untuk kembali ke pelukkan Tuhan.
“Tidak apa-apa. Itu sudah terjadi. Jangan diulangi lagi. Jika kita mengenal siapa Tuhan itu, kita harus bangkit dan berdiri seperti Petrus dan Paulus. Tanpa mereka (Petrus dan Paulus) kita tidak mengenal siapa Yesus,” katanya. Juga tanpa OMK yang bangkit dan berdiri, katanya, kita tidak bisa bayangkan masa depan Gereja.
“OMK adalah masa kini dan masa depan Gereja,” tegas Mgr. Anton.
Ketika OMK merasa tidak dilibatkan di lingkungannya, ia menasihati, “Jangan menunggu kesempatan. Carilah kesempatan untuk berperan di dalam Gereja. Ciptakanlah kesempatan untuk berperan dalam Gereja.”
Penting OMK menjadi masa kini Gereja, karena “tanpa menjadi masa kini Gereja, OMK sulit dibayangkan menjadi masa depan Gereja.”
“Jangan diam! Bangkit, berdiri, dan bersaksi seperti Maria, (membawa Yesus) yang membuat orang lain melonjak dan kegirangan. Ini adalah rahmat luar biasa, bukan hanya bangkit berdiri, tetapi bangkit berlari,” ajaknya.
OMK tidak hanya ada untuk Gereja, kata Mgr. Anton, “tapi untuk bangsa Indonesia, bahkan dunia.”
Di akhir homilinya, ia mengajak OMK untuk menjadi orang yang membanggakan, di tengah kelemahan. “Marilah menjadi OMK yang membanggakan. Menjadi orang muda, yang ketika orang lain melihat berseru: OMG (Oh My God).”
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.