BERITA harus selalu dengan peristiwa dan peristiwa harus selalu dengan jalan cerita. Jadi, bila seorang wartawan ingin menulis suatu berita, dalam pikirannya semestinya muncul peristiwa yang dihadapi dengan jalan cerita.
“Namun sering ada wartawan pulang sehabis liputan tidak mendapat berita apa pun. Itu biasanya karena malas dan kurang vitalitas. Dan alasan tidak ada yang penting bisa jadi sah jadi sebuah argumen,” ujar wartawan Liputan6.com Abdi Susanto saat memberi pemahaman tentang jurnalistik di Aula Immaculata Paroki Roh Kudus, Mataloko, Ngada, Nusa Tenggara Timur, Kamis (7/8/2014).
Menurut Abdi, kalau ada sesuatu yang penting dari sebuah berita itu berarti suatu berita mengandung nilai, ada bobotnya.”Setidaknya pertimbangan adanya konflik, kemajuan, bencana, konsekuensi, kemasyhuran dan terkemuka, saat yang tepat dan kedekatan, keganjilan, human interest, seks, serta aneka nilai menjadi ukuran menilai sebuah peristiwa apakah layak disebut berita atau tidak,” ujar Abdi.
Penjelasan seputar berita dan tulis menulis bakal berlanjut dengan berbagai tema mulai dari teknik wawancara, teknik dasar layout, pengetahuan seputar media digital dan cara membuat blog bakal menghiasi pelatihan jurnalistik dan layout dalam pelatihan jurnalistik yang berlangsung hingga Minggu 10 Agustus.
Setidaknya ada 37 peserta yang terdiri dari orang muda katolik (OMK), para pastor pengurus komsos, frater hadir dalam acara yang difasilitasi Komsos KWI. Selain Abdi Susanto, Mathias Hariyadi dari Sesawi.Net juga menjadi fasilitator selama tiga hari pelatihan.
Kredit foto: Pelatihan Jurnalistik bersama OMK dan penggiat Komsos Keuskupan Agung Ende, Flores, NTT. (Mathias Hariyadi/Sesawi.Net)
Mantan Jesuit, Pendiri Sesawi.Net, Jurnalis Senior dan Anggota Badan Pengurus Komsos KWI