MIRIFICA.NET – Melihat sosok Romo Soetanto SJ atau yang akrab dipanggil Romo Tanto, saya bisa melihat bahwa beliau sederhana. Setidaknya dari beberapa kali perjumpaan saya dalam kegiatan paduan suara, sosoknya sebagai juri, dan pengajar, kesan itu muncul. Bahkan ia pernah mengatakan “saya hanya pastor biasa…” ketika ada rencana penyelenggaraan Konser Emas Imamat Romo Tanto yang direncanakan pada 2021 lalu oleh Pengurus PS Ascensio dan beberapa orang murid hasil didikan beliau, termasuk saya yang ingin sekali terlibat.
Karya Romo Tanto bagi Gereja, dapat dilihat di berbagai lagu ciptaanya, baik yang telah terpublikasi seperti di Buku Puji Syukur, dan masih banyak lagi “tercecer” disejumlah tempat. Misa Kita II dan Misa Kita IV yang akrab di telinga umat, tentunya menjadi kenangan tersendiri bagi saya yang berkarya dan melayani Gereja melalui paduan suara maupun sebagai umat.
Pendiri Paduan Suara Ascensio, koor anak-anak, ini memang sangat menyayangi murid-muridnya. Ia rela mengantar anak-anak, memberikan tumpangan, sampai depan rumah, bagi yang tinggalnya jauh dari lokasi tempat latihan koor. Romo Tanto juga mengajar orgen pipa, dan memberikan ilmunya secara cuma-cuma. Dari tempat tinggalnya di Kampung Sawah, Bekasi, Romo pergi ke Katedral Jakarta dengan setia mendampingi anak-anak dan kaum muda yang antusias belajar orgen pipa di malam hari.
“Romo mentraktir makan bakso setelah latihan,” kata Onggo Lukito, murid yang pernah belajar orgen mengenang Romo Tanto. Onggo Lukito juga mengatakan, tujuan karya beliau adalah, romo ingin para alumni dan cucu-cucu Ascensio, selalu membawa nama baik Ascensio, dengan hidupnya yang sesuai dengan perintah Allah.” Onggo juga menambahkan, “Romo ingin supaya hidupnya baik, dan supaya orang bisa berjumpa dengan Allah”
Tentu ketika mendengar kabar Romo Tanto meninggal dunia, timbul perasaan sedih. Tetapi sebagai umat beriman, saya memiliki harapan, bahwa di masa depan akan muncul banyak lagi karya-karya baru di dunia musik gereja Katolik dengan talenta-talenta hasil asuhan dan asahan almarhum Romo Tanto.
Tulisan pendek ini saya tutup dengan mengutip bagian akhir lirik sebuah lagu karya beliau yang mungkin kurang dikenal, diambil dari doa, Jiwa Kristus, ada di Buku Puji Syukur no.979.
“… waktu ajal, terimalah kami. Supaya bersama Para Kudus, kami memuji Dikau untuk selama-lamanya. Amin”
Beristirahatlah Romo Tanto yang terkasih, bersama Para Kudus, memuji Tuhan untuk selama-lamanya.
Penulis: Alexander Louciano
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.