”Yesus berjalan lewat di tengah-tengah mereka, lalu pergi.”
AKAN datang saatnya dimana seorang pewarta mengalami kesepian. Pendengar-Nya mulai tidak percaya, tidak menghargai Dia, marah bahkan mau membunuh Dia. Itulah pengalaman Yesus. Semua orang yang mendengar pewartaan-Nya membenarkan Dia. Mereka heran akan sabda kuasa yang Ia ucapkan. Ia sangat berwibawa dalam apa yang Ia katakan. Tetapi kemudian, mereka mulai tidak menghargai Dia karena Ia anak Yusuf. Ia memastikan, “seorang nabi tidak dihargai di tempat asalnya”. Ia menyatakan, hanya orang yang percaya seperti seorang janda di Sarfat, di tanah Sidon, atau Naaman orang Siria, dapat melihat kemuliaan Tuhan (Luk 4:25-26).
Sabda kuasa itu membuat semua pendengar-Nya marah, menghalau Dia keluar kota hendak melemparkan Dia ke tebing gunung. Tetapi, “Yesus berjalan lewat di tengah-tengah mereka, lalu pergi.” Ia mengahayati kesepian-Nya sebagai seorang pewarta. Tugas perutusan-nya bukan untuk menyenangkan semua orang, melainkan membawa kabar baik kepada orang miskin. Sejauhmana anda dan keluargamu menghayati kesepian bersama Yesus di tengah pelbagai pengalaman tidak dihargai atau pengalaman penolakan oleh saudara-saudaramu sendiri? Selamat pagi. Tuhan memberkati.***
Kredit Foto: Naaman, Orang Siria yang melihat kemuliaan Tuhan
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.