SETELAH mengudara selama dua jam dari Jakarta, sebagian tim Komunikasi Sosial Konferensi Waligereja Indonesia (Komsos KWI) sampai di Bandar Udara Internasional Kualanamu, 39 km dari Kota Medan pukul 15.50 WIB. Tim yang dipimpin Sekretaris Eksekutif Komsos KWI RD Kamilus Pantus akhirnya menginap di Catholic Center, di Jalan Mataram, Medan Baru, Kota Medan, Sumatera Utara, Minggu (1/5/2016) malam.
Sebagai sebuah tempat tujuan untuk transit dan menginap sementara, Catholic Center (CC) rasanya lebih dari cukup, bahkan terasa mewah. Ruangan yang ber-AC 3,5 x 6 meter, lantai ubin berukuran 60 x 60 cm dengan atap setinggi 3 meter dilengkapi TV plasma seukuran 32 inchi membuat para pengurus Komsos KWI serasa di hotel. Dua kursi santai serta satu meja lengkap dengan botol air mineral, gelas dan cangkir untuk minum kopi dan teh disediakan. Seperti juga sebuah ruangan di hotel, disediakan juga teko pemanas air yang diletakkan di atas meja kerja panjang dengan lampu meja sekalian.
Ada juga lemari pakaian dan lemari sepatu yang masih relatif baru. Kamar mandi yang bersih dan nyaman dilengkapi handuk besar dan kecil menjadikan ruangan di CC ini seperti layaknya hotel bintang lima. Hanya memang ruangan untuk penginapan ini tidak berkarpet. Yang paling menarik, harganya menginapnya pun murah. Semalam Anda hanya membayar 250 ribu rupiah.
Direktur Catholic Center Pastor Adytia Ocarm seperti dikutip Tribunnews, mengatakan, Catholic Center adalah gedung Catholic Center terbesar se-Indonesia. Model pengelolaan yang diterapkan pada Catholik Center adalah model yang sudah dijalankan di Bangkok. Gedung ini juga mirip dengan Pusat Pengembangan Umat (PPU) di Pematangsiantar sebagai sentra kegiatan rohani sehingga benar-benar menjadi pusat kegiatan keagamaan yang multi fungsi dan memadai seperti retret, seminar, pembinaan serta berbagai kegiatan sosial dan menggereja.
“Pembangunan Catholic Center ini sebagai pusat pelayanan pastoral terpadu dari Gereja Keuskupan Agung Medan. Seluruh fasilitas diutamakan untuk pelayanan pastoral umat Katolik secara khusus dan terbuka untuk kalangan terbatas di luar Katolik,” ujar Romo Adytia.
Gedung ini terdiri dari delapan lantai memiliki beberapa ruang untuk toko buku, sekretariat, ruang rapat, restoran, kapel, pusat informasi dan komunikasi (infokom), kantor-kantor komisi kategorial dan non kategorial, auditorium, serta wisma untuk penginapan.
Di lantai satu digunakan sebagai tempat publik terdiri dari kafe, restoran, lobi dan automated teller machine (ATM) center. Sedangkan lantai dua dipakai untuk kantor Catholic Center dan sebagai tempat organisasi masyarakat Katolik seperti Wanita Katolik Republik Indonesia dan Pemuda Katolik Republik Indonesia. Sementara lantai tiga dan empat sementara dipakai untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) St Thomas 4 dan SMA St Thomas 2.
“Lantai lima dibuat menjadi kantor manajemen Catholic Center, Radio Maria, dan ruang rapat. Sementara satu ruang rapat dipakai sebagai kapel atau ruang doa karena kapel di lantai satu belum selesai dibangun,” ujarnya. Lantai enam dan tujuh sendiri dipakai untuk menginap bagi tamu yang datang dari luar kota dan lantai delapan sebagai hall terdiri dari dua bagian yang mampu menampung 800 orang.
Sejak Paus Yohanes Paulus II
Ide pembangunan Catholic Center muncul sejak kedatangan Paus Yohanes Paulus II (YP II) ke Medan 1989. Dan peletakan batu pertama dilakukan 2 September 2007 dipimpin oleh Uskup Agung Medan (KAM) kala itu, Mgr Alfred Gonti Pius Datubara OFMCap.
Gedung ini akhirnya diresmikan dan diberkati oleh Uskup Agung Medan, Mgr Anicetus B. Sinaga OFMCap. Pemberkatan ditandai dengan perayaan Ekaristi, pada Rabu, 30 September 2015 yang juga dihadiri Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Sumatera Utara Tengku Erry Nuradi.
Mantan Jesuit, Pendiri Sesawi.Net, Jurnalis Senior dan Anggota Badan Pengurus Komsos KWI