Tanjung Selor – Ratusan umat Katolik asal Nusa Tenggara Timur di Tanjung Selor, Kalimantan Utara, yang tergabung Kerukunan Keluarga Besar NTT Tanjung Selor dalam busana lokal, dengan Hegong dan Gong Waning, tarian dan musik khas masyarakat Kabupaten Sikka, Flores, menyambut kedatangan Mgr Dr Paulinus Yan Olla, MSF, Uskup Baru Tanjung Selor, Kalimantan Utara, Minggu, 15/4.
“Kami yang berada di hadapan Bapa Uskup adalah sebagian kecil umat Keuskupan Tanjung Selor yang juga datang dari NTT. Keberadaan kami di sini tak lepas dari sejarah awal berkembannya agama Katolik di Tanjung Selor dan sekitarnya sampai pada masa terbentuknya Keuskupan Tanjung Selor,” ujar Patrisius Patal Wutun, salah seorang perwakilan Kerukunan Keluarga Besar NTT Tanjung Selor di hadapan Mgr Yan Olla saat menyambut kedatangan Uskup kelahiran Desa Seoam, Eban, Miomafo Barat, Kabupaten Timor Tengah Utara. Demikian keterangan tertulis yang diterima dari Maria Luon, warga NTT asal Lembata di Tanjung Selor, Senin, 16/4.
Patrisius, guru asal Lembata, Nusa Tenggara Timur lebih jauh menjelaskan, perkembangan Gereja Katolik di Tanjung Selor juga diwarnai dengan keberadaan para perantau asal NTT. Para perantau ini berjuang mengadu nasib dan mencari rejeki dengan memasuki hutan sepanjang Sungai Kayan.
“Saat itu para perantau NTT juga memperkenalkan agama Katolik di Tanjung Selor. Karena itu, sekarang saatnya kami menyambut sekaligus menghantar Yang Mulia Monsinyur Paulinus Yan Olla masuk ke dalam wilayah Keuskupan Tanjung Selor sebagai ladang baru dalam tugas gembala Yang Mulia saat ini dan masa yang akan datang,” lanjut Patrisius.
Ia juga mengajak umat Katolik yang hadir untuk mengucap syukur dalam nama Tuhan, oleh karena hanya dalam Kasih Setia-Nya, Tuhan dapat mempersatukan seluruh umat dalam suasana penuh sukacita prosesi penyambutan Uskup Yan Olla. Hal in menujukkan bahwa Tuhan sungguh baik, selalu setia mencintai umat-Nya dan setia menuntun langkah hidup manusia.
Anak desa
Patrisius dalam sambutannya, sekilas mengulas sosok Uskup Yan Olla. Ia mengatakan, Uskup Yan Olla lahir pada 22 Juni 1963, di Seoam-Eban, Timor Tengah Utara, Keuskupan Atambua, NTT. Lahir sebagai putra pertama dari pasangan suami-isteri Amatus K. Olla dan Ibu Theresia Naben.
Ia masuk Kongregasi Misionaris Keluarga Kudus atau Congregatio Missionariorum Sacra Familia (MSF). Ditahbiskan menjadi imam pada 28 Agustus 1992 di Yogyakarta. Setelah 26 tahun berkarya, pada Kamis, 22 Februari 2018, ditunjuk oleh Takhta Suci sebagai Uskup Keuskupan Tanjung Selor.
“Bapa Uskup Paulinus menurut rencana akan ditabiskan Sabtu, 5 Mei 2018. Hari ini, 15 April 2018, Bapa Uskup datang di tengah-tengah kita dengan membawa misi di Keuskupan Tanjung Selor, ‘Servus Veritatis’. Artinya Pelayan atau Hamba Kebenaran. Ini sekaligus menjadi motto tahbisan,” jelas Patrisius.
Penyambutan secara adat dan penyematan atribut lokal NTT merupakan simbol dukungan kepada Uskup yang akan berangkat ke medan pengabdian sebagai Pelayan atau Hamba Kebenaran di Keuskupan Tanjung Selor.
Uskup disuguhkan siri pinang dan tuak. Sirih pinang merupakan sebuah penghargaan tuan rumah kepada setiap orang yang datang. Sedangkan tuak diberikan usai tamu makan sirih pinang. Tuak memberikan kekuatan dan semangat baruh untuk terus berjuang.
Uskup juga diberikan sarung, selendang, dan topi. Ini merupakan simbol kebesaran yang dikenakan oleh orang tua kepada tamu sebagai suatu bentuk penghargaan yang tinggi bagi tamu yang datang.
Kemudian diberikan juga busur dan anak panah serta parang. Ketiganya dipakai sebagai senjata mempertaruhkan sebuah perjuangan yang luhur. “Berkaryalah yang mulia semoga menjadi Gembala yang baik dan Pelayan atau Hamba Kebenaran di tengah kami umatmu di Keuskupan Tanjung Selor ini,” kata Patrisius.
Menurut Patrisius, usai menyambut Uskup Yan Olla secara adat NTT, pihaknya menyerahkan lanjutan prosesi penjemputan kepada umat Katolik dengan nuansa penjemputan dengan tradisi Bumi Dayak Kalimantan Utara.
Perkuat gereja
Uskup Keuskupan Tanjung Selor, Mgr Dr Paulinus Yan Olla MSF mengungkapkan rasa terima kasih atas sambutan yang mengejutkan dari umat Katolik Keuskupan Tanjung Selor dalam tradisi Nusa Tenggara Timur dan Dayak saat berlangsung proses penyambutan di Tanjung Selor, Kalimantan Utara, Minggu, 15/4.
Uskup kelahiran Seoam-Eban, Kabupaten Timor Tengah Utara, Keuskupan Atambua, NTT, 22 Juni 1963 itu juga menegaskan bahwa keanekaragam budaya mmperkat Gereja karena Allah yang diimani menjadi penyatunya. Roh Yesus yang bangkit menjadi pemersatu.
“Saya tegaskan bahwa tidak ada agenda atau rencana khusus untuk diterapkan di Keuskupan Tanjung Selor. Saya setia pada motto saya, “Servus Vetitatis”. Maka apa yang akan saya kerjakan akan disesuaikan dengan apa yang ditemukan sebagai kebenaran Tuhan dan kebaikan manusia,” ujar Mgr Paulinus di hadapan umat yang menyambutnya.
Oleh karena itu, lanjut doktor bidang Teologi Spiritual lulusan Istituto di Spiritualita Teresianum, Roma, Italia, tahun 2004, ke depan umat dan tokoh masyarakat perlu menemukan kehendak Tuhan secara bersama uskupnya dan menyumbang secara maksimal sesuai kemampuan masing-masing mewujudkannya. (AD)
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.