Gunungsitoli, Mirifica.net – Pengajar Fakultas Filsafat Seminari Tinggi St. Mikhael, Kupang, Doktor Norbertus Jegalus mengungkapkan komunikasi dan kerahiman sesungguhnya memilik hubungan yang erat terutama bila dilihat dari pandangan Gereja Katolik.
Pendapat itu disampaikan Norbert saat berbicara sebagai salah satu narasumber pada kegiatan Seminar “Komunikasi dan Kerahiman: Perjumpaan yang Memerdekakan” yang dilaksanakan di Aula Paroki Santa Maria Gunungsitoli, Sabtu (7/5) lalu.
Kepada peserta seminar yang terdiri dari para imam, biarawan-biarawati, tokoh awam Katolik dan mahasiswa-mahasiswi Sekolah Tinggi Dian Mandala Gunungsitoli, Norbert mengakui, pandangan teologis Gereja terhadap persoalan komunikasi dan kerahiman itu memang agak rumit.
“Komunikasi sebagai salah satu pengertian kunci dalam Gereja sejak Vatikan II, khususnya berkaitan dengan faham wahyu dari Dei Verbum sedikit berbeda dari faham wahyu dari Dei Filius Vatikan I”, ujarnya.
Ia menerangkan, wahyu itu merupakan bentuk komunikasi diri Allah bagi manusia dalam wujud diri Yesus Kristus, maka tugas Gereja adalah mengkomunikasikan lebih lanjut peristiwa dan kehidupan Yesus itu kepada seluruh umat manusia.
Terkait komunikasi yaitu bagaimana alat-alat komunikasi sosial dapat dimanfaatkan secara baik dan benar, dan ini tentu saja menjadi point paling penting yang selalu digemakan oleh Gereja Katolik setiap kali perayaan Hari Komunikasi Sosial Sedunia, hal ini dijelaskan olehnya dengan merujuk pada Dekrit Intermirifica dari Vatikan II.
“Paling tidak melalui dekrit ini, kita dapat menangkap pokok-pokok teologi komunikasi seturut pandangan Gereja Katolik, sedangkan mengenai teologi kerahiman kita dapat membacanya dalam Bulla Tahun Yubileum Agung Kerahiman“Misericodiae Vultus” atau Wajah Kerahiman”, katanya.
Ia pun mengurai secara lebih ringkas tentang dua tujuan utama yang hendak dicapai melalui teologi komunikasi. Pertama, persatuan (communio) dan kedua adalah kemajuan (progresio).
Di akhir paparannya, penulis buku “Hukum Kata Kerja” ini mengingatkan kembali peserta akan pesan penting yang disampaikan oleh Paus Fransiskus untuk Hari Komunikasi Sosial se-dunia tahun 2016 ini.
“Komunikasi memiliki kekuatan untuk mempertemukan, menciptakan perjumpaan dan penyertaan, dan dengan demikian memperkaya manusia”, kata-kata ini, yang menurutnya, sungguh-sungguh mengungkapkan kembali dua tujuan hakiki dari komunikasi, yakni komunikasi yang menciptakan perjumpaan dan komunikasi yang memperkaya manusia.
=======
Kredit Foto: Dr.-Norbertus-Jegalus-saat-berbicara-sebagai-salah-satu-narasumber-seminar Komunikasi dan Kerahiman: Perjumpaan yang Memerdekakan di Aula Paroki Santa Maria Gunungsitoli, Sabtu (7/5/2016).
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.