Sabtu, 5 April 2014,
(Yer 11:18-20; Yoh 7:40-53)
”Belum pernah seorang manusia berkata seperti orang itu!” (Yoh 7:46).
Ada pepatah Inggris mengatakan a name is a claim, nama adalah tuntutan. Tuntutan atas identitas yang kita panggul entah atas nama garis keturunan, warna kulit dan latar belakang agama, selalu mengisahkan kepada kita suatu cerita hidup yang membawa kita suatu tanggung jawab. Tanggung jawab untuk berani memikul apa yang menjadi tugas atas kehidupan kita.
Yesus dalam Injil Yohanes yang kita hayati hari ini mengisahkan kepada kita tuntutan Yesus dengan gelar nabi, mesias, anak Allah. Gelar atas identitas Yesus sebagai nabi, mesias adalah bentuk tanggung jawab yang bakal dialami Yesus: Ia akan menjadi penyelamat dan penebus atas dosa manusia. Bentuk tanggung jawab ini tentu saja tidak gampang. Kerap justru bisa menjadi perbantahan, pertentangan, ataupun konflik-konflik. Sebabnya tak lain dan tak bukan adalah karena orang belum mengenal secara mendalam siapakah identitas Yesus yang sesungguhnya. Kesan orang banyak yang tidak mengenal Yesus pasti menganggap identitas Yesus sebagai suatu ancaman yang menggeser status quo. Kepercayaan para ahli agama pada jamannya merasa diganggu, atau mungkin bakal menggeser peran mereka dalam tatanan masyarakat. Tetapi meski belum kenal betul, siapa berjumpa dengan Yesus ia pasti akan merasa mengagumi, terkesan, dan percaya, sebagaimana diungkap oleh para penjaga yang tidak mau menangkap Yesus dengan berkata,”Belum pernah seorang manusia berkata seperti orang itu!” (Yoh 7:46).
Bacaan hari ini mengundang kita untuk berani bertanggungjawab sebagai orang kristiani. Sebagai pengikut Yesus kita memiliki identitas (misalnya, nama baptis, berbuat kasih sebagai dasar orang beriman kristiani, memikul salib, pun termasuk tugas kita sebagai pengikut Yesus dalam pekerjaan kita). Tahun pelayanan kasih KAJ (2014) memberi inspirasi bagi kita: semakin beriman akan Yesus, kita semakin bersaudara dan semakin berbelarasa. Identitas Yesus yang suka melayani, seharusnya menjadi kesatuan lebur dengan identitas kita sebagai pengikut Yesus. Berani melayani dengan kasih siapapun saudara kita yang kita jumpai. Apapun reaksi orang atas sikap kristiani kita, sekali berbuat baik tetap terus berbuat baik, begitulah identitas kristiani kita menyandang nama Yesus. Tuhan memberkati.
Pertanyaan reflektif:
Apakah nama yang sudah kita sandang, tuntutan dan tanggungjawab kita sebagai pengikut Yesus sudah selayaknya kite emban dengan utuh dan maksimal? Ataukah malah kita merasa malu, takut-takut, tidak PeDe, atau malah lebih suka bersembunyi dibalik identitas kita sebagai pengikut Yesus?
Doa:
Tuhan semoga kami tidak pernah takut dan ragu mengakui serta menunjukkan identitas iman kami. Mampukan kami untuk selalu berbuat baik kepada siapapun seperti Engkau baik hati kepada semua orang. Amin.
(RD. V. Rudy Hartono)
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.