Jarum jam menunjuk di angka 11.00 WITA, ketika pesawat dengan kode penerbangan GA606 mendarat di bandara Sam Ratulangi, Jumat (30/9/2016). Malam itu, cuaca di Kota Manado sedang mendung-mendungnya.
Begitu tiba di ruang pengambilan bagasi, suara alunan merdu musik kulintang terdengar dari sudut timur ruang bagasi. Beberapa orang muda tampak begitu semangat memainkan alat musik khas Manado ini.
Sementara di bagian lain ruang bagasi, tampak beberapa kelompok anak muda mengenakan kaus seragam Indonesia Yotuh Day (IYD) 2016. Ada juga desk khusus yang siap mendaftar para peserta yanng tiba. Mereka adalah sebagian dari anggota panitia yang selalu stand by di bandara untuk menyambut para peserta IYD 2016.
Euforia IYD 2016 langsung dirasakan dari pancaran wajah wajah orang-orang muda ini. Melalui orang-orang muda inilah, para peserta tidak kesulitan untuk mendapat informasi tentang penginapan dan berbagai aktivitas IYD 2016.
2016Koordinator penjemputan para tamu dan peserta IYD di bandara Sam Ratulangi, Bapak Harold menuturkan kalau para pemain musik kulintang selalu siap di tempat untuk menyambut tamu yang datang.
“Ini karena sudah malam, sehingga pemain musiknya hanya empat orang saja. Kalau pagi sampai pkl. 22.00 suasanannya lebih ramai lagi”, kata Bapak Harold.
Alat musik kolintang yang menjadi aset orang Minahasa memang telah mengalami pasang surut sejalan dengan perkembangan zaman. Namun keberadaannapya tetap lestari.
IYD 2016 yang dimeriahkan dengan musik kulintang menunjukan keingginan kuat Gereja Katholik untuk ikut melestarikan kekhasan seni dan budaya masyarakat Minahasa.
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.