JAKARTA, Mirifica.net – Setelah melewati proses panjang pembangunan, Museum Katedral Jakarta akhirnya diresmikan pada Rabu (14/11/2018). Prosesi peresmian ditandai dengan penandatanganan prasasti museum dan pembukaan layar Museum oleh Mgr. Ignatius Suharyo, Uskup Agung Jakarta.
Di awal sambutannya, Mgr. Suharyo mengatakan museum sejatinya merupakan tempat untuk menyimpan benda-benda mati. Sekalipun benda mati, benda-benda itu mengisahkan perjalanan sejarah, secara khusus sejarah Gereja Katolik di Indonesia.
“Merawat ingatan bersama akan mendorong kita semua untuk ikut memikul tanggung jawab sejarah”, kata Mgr. Suharyo.
Peresmian Museum Katedral yang berlokasi di dalam kompleks Gereja Katedral Jakarta itu disaksikan pula oleh Kardinal Julius Darmaatmadja, para Uskup se-Indonesia dan umat Katolik Keuskupan Agung Jakarta yang sempat hadir.
Kehadiran Museum Katedral Jakarta itu menjadi persembahan istimewa bagi Gereja dan Indonesia. Betapa tidak. Museum ini diresmikan dalam rangka peringatan 90 tahun Sumpah Pemuda dan Syukur atas tahun persatuan Keuskupan Agung Jakarta 2018.
Benda Bersejarah
Memasuki dan menulusuri ruang-ruang Museum, pengunjung sudah pasti dibuat terkagum-kagum. Bukan hanya aspek seni dan megahnya bangunan museum, tetapi juga karena sejumlah benda peninggalan bersejarah tersimpan di sana.
Pada zona Panorama Sejarah, pengunjung akan diberitahu perjalanan sejarah Gereja Keuskupan Agung Jakarta. Kenangan akan sejarah asal-usul Kekatolikan di Indonesia dan bagaimana perjuangan awal para misionaris yang berkarya dalam keterbatasan seperti menggunakan perahu kayu. Mereka mendayung perahu kayu dari pulau ke pulau dan melintasi dahsatnya ombak serta penolakan dari penguasa lokal.
Sekilas disebutkan bahwa dari perjuangan para misionaris itu, pada tahun 1534 akhirnya terbentuklah umat Katolik pertama di Indonesia. Selama kurang lebih 273 tahun, umat perdana di Indonesia hidup tanpa gembala dan tanpa bantuan dari luar.Bahkan mereka hidup di bawah tekanan berat penjajahan VOC.
Dari zona panorama sejarah, pengunjung akan dibawa ke zona selayang pandang dan zona peninggalan sejarah para misionaris awal. Secuil gambaran tentang situasi sulit umat Katolik perdana bisa diketahui di zona selayang pandang. Sementara itu, di zona peninggalan sejarah, pengunjung akan disuguhi sejumlah benda peninggalan sejarah para misionaris. Benda-benda peninggalan sejarah itu antara lain seperti sepeda antik milik Pater Jan Weitjen, SJ, kursi roda Suster Emanuella, OSU, dan beberapa koper model zaman dahulu kala kepunyaan para misionaris awal.
Terdapat beberapa zona lainnya di Museum Katedral yang menarik untuk ditelusuri. Lahirnya perfektorat, Vikariat hingga Episkopat Keuskupan Agung Jakarta, layak untuk ditelusuri. Saat penelusuran dimulai, serasa pengunjung dibawa ke masa lalu. Namun, saat itu pula, pengunjung secara tak sengaja diberi tanggung jawab untuk memikul sejarah dan berjalan bersama sejarah mengarungi masa depan.
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.