MIRIFICA.NET – Sinode Gereja Universal di tingkat lokal Keuskupan Manado telah dibuka pada Minggu, 17 Oktober 2021. Misa pembukaan ini dilaksanakan di Paroki Hati Kudus Keroit. Berbagai kelompok umat dan kelompok hidup bakti harus menempuh perjalanan sekitar 3 jam dari Manado baru mencapai tempat ini. Sebagai lambang bahwa kita sedang berjalan bersama, di jalan yang sama untuk tujuan keselamatan yang sama pula. Mulai dari pemerintah Kabupaten/Kota sampai desa, anak-anak sampai lansia, ormas dan kelompok kategorial gereni, klerus, biarawan-biarawati sampai saudara-saudari kita yang mengalami cacat fisik……semuanya berjalan bersama. Dengan panji-panji yang berwarna-warni bukan untuk dipertentangkan tetapi untuk dirangkai menjadi kekayaan dan keindahan dalam perjalanan bersama, mendaki bukit menuju gereja, untuk perayaan persaudaraan, perayaan keselamatan. Dengan cara ini, Sinode, yaitu perjalanan bersama Gereja Keuskupan Manado, sudah dan sedang dipraktekkan dan diperjuangkan, dirayakan dan dikuduskan, diwartakan dan disakramentalisasikan.
Gereja Keuskupan Manado menandai Sinode Para uskup tingkat Keuskupan dengan kegiatan-kegiatan seputar tema Perayaan Misioner, Misionaris Media Sosial dan Misionaris Jalanan. Perayaan Misioner terhubung dengan persekutuan dan perayaan-perayaan bersama, Misionaris Medsos berhubungan dengan doa, katekese dan pelatihan bagi 80 pewarta muda untuk menjadi Rasul Medos seturut teladan Beato Carlo Acutis untuk merenungkan, Gereja yang hadir, berjalan Bersama sambil bermisi di tengah kemajuan zaman ini yang ditandai dengan perkembangan pesat media sosial.
Sementara untuk Program “Misionaris jalanan” di bulan Misi, Para frater dari Komunitas Dioasesan Keuskupan Manado turun ke pasar di pusat Kota Manado membagikan 100 kotak makanan. Para Novis DSY Lotta turun ke pasar Karombasan, para suster SJMJ ke Tempat Pembuangan Akhir Sumompo, para suster Putri Karmel dan frater CSE menyusur jalan-jalan di Tondano sampai Langowan, dan para bruder BTD menyusuri jalan-jalan di perkebunan Tomohon. Para frater, bruder, suster dari berbagai kongregasi yang ada di Keuskupan Manado, turun ke jalan-jalan. Mereka menjadi “misionaris jalanan” untuk berbagi hidup lewat sekotak makanan. “Kami tak mau diam saja, kami mau berbuat bagi mereka yang sulit mendapatkan makanan sehari-hari”. Mereka berjalan sambil berbagi kehidupan dan perjuangan dengan mereka yang kekurangan makanan sehari-hari. Mereka mau mendengarkan suara Roh Kudus dari perjumpaan ini, untuk menjawab pertanyaan, gereja yang bagaimana yang dibutuhkan untuk menjawab pergumulan semacam ini.
Selain perayaan misioner dan misionaris jalanan, terdapat juga bentuk kegiatan lain untuk mewarnai proses sinodal Gereja Universal di tingkal lokal Keuskupan Manado. Itulah Kerasulan di Media Sosial. Gereja Keuskupan Manado juga mau hadir di sana untuk mendengarkan sekaligus menemukan bentuk konkrit Gerakan misi yang dikehendaki Roh Kudus dibalik kemajuan di bidang ini.
Untuk itu, diadakan doa rosario misioner via zoom dan partisipannya mencapai tigaratusan dengan berbagai suara pengharapan, kebanggan dan penghargaan. Juga ada katekese pokok-pokok iman Kristiani melalui media sosial dan pelatihan 80 pewarta muda untuk menjadi Rasul Medsos seturut teladan Beato Carlo Acutis. Untuk merenungkan, gereja yang bagaimana yang bisa hadir, berjalan Bersama sambil bermisi di tengah kemajuan zaman ini yang ditandai dengan perkembangan media sosial luar biasa pesat.
Secuil Refleksi atas aktivitas “Misionaris Jalanan”
Mana mungkin terus berdiam, atas apa yang kami alami. Mana mungkin bungkam seribu bahasa atas kasih dan kebaikan Allah bagi kami. Atas hidup yang boleh terus berjalan. Atas makan dan minum yang ada setiap hari. Bukan yang mewah atau berlebihan, tetapi setiap hari ada rejeki untuk boleh makan dan minum, itu sudah cukup. Lalu haruskah kami diam?
Tidak! Kami harus bersaksi karena kami percaya itu semua berkat Tuhan. Kami harus bersyukur dan bercerita karena kami yakin, hidup ini adalah kebaikan Tuhan. Kami harus bersyukur dan bersaksi tentang perhatian dan cinta Tuhan bagi kami. Karena kami percaya, hidup yang ada serta kesempatan yang tersedia, semuanya dari Tuhan. Karena semuanya ini kami terima sebagai anugerahNya bagi kami, maka kami harus bersyukur dan bersaksi kepada semua orang.
Apalagi para Rasul yang mengalami dasyatnya kuasa kebangkitan Yesus. Ada kubur yang kosong. Ada warta dari para malaekat. Ada Yesus yang menampakkan diri. Ada kuasa mujizat yang menyertai semuanya itu. Maka Petrus angkat bicara: “Kami tidak mungkin tidak berkata-kata tentang apa yang telah kami lihat dan kami dengar” (Kis 4:20). Dan terjadilah Gerakan misi yang dahsyat. Nyawa pun rela dipersembahkan asal warta besar keselamatan ini boleh sampai ke seluruh dunia. (Pst. Kris Ludong Pr) ***
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.