Rekan-rekan!
Pada perayaan Pembaptisan Yesus hari Minggu 12 Jan 2014 ini dibacakan Mat 3:13-17; Yes 42:1-4.6-7. Kejadian ini dikisahkan oleh Matius, Markus, Lukas (Mat 3:13-17 Mrk 1:9-11 Luk 3:21-22) dan secara tak langsung juga oleh Yohanes (Yoh 1:32-34). Meskipun masing-masing Injil menyampaikannya dengan penekanan dan kekhususan masing-masing, ada unsur yang sama. Seperti orang banyak, Yesus datang mengikuti seruan Pembaptis untuk dibaptis sebagai tanda bertobat – menyatakan diri mau menjauhi hal-hal yang bisa menghalangi kehadiran Yang Ilahi sendiri. Inilah yang disampaikan Injil.

YESUS DATANG IKUT DIBAPTIS
Markus memberi laporan yang paling awal dan paling ringkas (Mrk 1:9-11). Di situ terdapat tiga hal (i) Yesus dibaptis oleh Yohanes di Yordan, (ii) sewaktu keluar dari air ia melihat langit terbelah dan Roh turun kepadanya seperti burung merpati, artinya, kekuatan surga yang dahsyat itu kini tampil dalam ujud yang lembut, (iii) saat itu juga ada suara dari langit yang mengatakan, “Engkau anakKu yang terkasih, kepadamulah Aku berkenan”. Dalam peristiwa ini diperkenalkan siapa Yesus itu kepada umat manusia. Injil Matius dan Lukas menyampaikan kembali bahan Markus ini dan menerapkannya bagi pendengar mereka masing-masing.
Di samping mengutarakan kembali ketiga hal yang dilaporkan Markus tadi, Matius (Mat 3:13-17) menambahkan percakapan antara Yohanes Pembaptis dan Yesus (ay. 14-15). Yohanes mengatakan bahwa dirinyalah yang semestinya dibaptis oleh Yesus. Namun Yesus menjawab semua ini terjadi untuk menggenapkan kehendak Allah. Percakapan ini ditampilkan Matius untuk menjernihkan pertanyaan apakah Yohanes lebih besar daripada Yesus. Hal ini sebetulnya sudah terungkap oleh Yohanes dalam Mat 3:11-12 (Mrk 1:7-8 Luk 3:15-17 bdk. Yoh 1:29-34), yakni bahwa yang akan datang itu lebih besar dari pada Yohanes sendiri. Selain hal itu, kata-kata yang terdengar dari langit yang menurut Markus (dan Lukas) diucapkan langsung kepada Yesus, dalam Matius tampil sebagai yang berupa pernyataan tentang Yesus. Hal ini akan dibicarakan lebih jauh di bawah.
Lukas (Luk 3:21-22) menceritakan kembali ketiga hal yang disampaikan Markus, tetapi ia menambahkan bahwa Yesus dibaptis setelah semua orang lain menerima baptisan. Dengan cara ini kiranya Lukas hendak menanggapi pertanyaan apakah yang terjadi pada Yesus itu sama seperti yang terjadi pada diri orang-orang lain. Dengan menyebutkan bahwa peristiwa itu terjadi setelah mereka dibaptis, Lukas hendak menyarankan bahwa ada yang khas pada baptisan Yesus. Kedatangan Roh dan terdengarnya sabda ilahi membuat peristiwa ini berbeda. Selain itu, Lukas juga menyebutkan bahwa Yesus sedang berdoa ketika langit terbuka.
Bagi generasi selanjutnya, permasalahan yang dihadapi Matius dan Lukas itu tidak lagi hangat dan orang mulai melihat baptisan Yesus sebagai ungkapan rasa sepenanggungan dengan orang-orang yang hati nuraninya tersentuh oleh ajakan Yohanes Pembaptis.

Konteks kisah Yesus dibaptis ini ialah ajakan Yohanes Pembaptis kepada orang banyak untuk bertobat, untuk berganti haluan hidup, sehingga mendapat penghapusan dosa. Penghapusan dosa di sini berarti memperoleh kembali kemerdekaan batin yang bakal membuat orang bisa berbesar hati. Banyak orang yang mengikuti seruan Yohanes itu. Suatu saat datang pula Yesus dan ikut dibaptis. Dalam peristiwa itu langit terbelah, Roh Kudus turun, dan terdengar sabda ilahi mengatakan Yesus itu putra terkasih, ia mendapat perkenan dari atas. Bila dibaca dalam konteks peristiwa pembaptisan orang banyak, peristiwa pembaptisan Yesus ini memperlihatkan datangnya kekuatan ilahi bersama “anak yang terkasih” ini untuk menyertai perjalanan orang-orang yang telah menyatakan kesediaan untuk berganti haluan tadi. Inilah yang dimaksud dengan “agar kehendak Allah digenapkan” (Mat 3:15). Yesus ini orang yang sedemikian dekat dengan kehadiran ilahi sendiri sehingga menurut kata-kata Markus, “Ia melihat” langit terbuka dan Roh Allah turun.

HIDUP BARU DALAM ROH
Pada zaman Yesus baptisan yang lazim dikenal ialah baptisan Yohanes Pembaptis. Namun, yang dilakukan Yohanes sebetulnya bukan barang baru pada waktu itu. Praktek membaptis sudah dikenal para rahib di Qumran. Juga kelompok-kelompok orang saleh waktu itu menyatakan niat pembaharuan hidup mereka dengan baptisan. Seperti dapat disimpulkan dari Yoh 3:22-23, nanti Yesus membaptis orang seperti Yohanes juga. Dan sewaktu masih ada bersama Yesus, murid-muridnya pun memberikan baptisan (lihat Yoh 4:2), tentunya menurut baptisan Yohanes juga. Baru setelah peristiwa kebangkitan, baptisan di kalangan pengikut Yesus menjadi lebih khas. Ini tercermin dalam ajakan agar murid-murid membaptis dalam nama Bapa, Putra dan Roh Kudus (Mat 28:19). Dalam tradisi Kisah Para Rasul, baptisan dijalankan dalam nama Yesus (Kis 8:16; 10:48; 19:5) dalam arti orang menggabungkan diri dengan pengikut-pengikut Yesus. Karena Yesus tidak lagi ada bersama mereka secara badaniah, maka baptisan ini disebut baptisan dalam Rohnya, yakni Roh Kudus (Kis 1:5; 11:16) yang membawakan hidup baru, sama seperti yang diperoleh Yesus sendiri (Kis 10:37-38).

Yohanes Pembaptis menegaskan bahwa ia membaptis dengan air, sedangkan yang akan datang nanti akan membaptis dengan Roh dan api (Mat 3:11 Mrk 1:8 Luk 3:16 . bdk. Yoh 1:33). Air membersihkan. Tetapi air hanya membersihkan bagian luar. Api memurnikan luar dalam. Api dapat mengubah secara utuh. Ini bahasa kiasan. Cara penyampaian seperti itu menolong kita mengerti bahwa baptisan dengan Roh artinya diberi kemungkinan menempuh hidup baru dengan bimbingan dan kekuatan dari Tuhan sendiri.

“INILAH ANAKKU YANG TERKASIH….”
Markus dan Lukas (Mrk 1:11 Luk 3:22) menyampaikan kembali kata-kata yang terdengar dari langit sebagai, “Engkaulah anak-Ku yang terkasih, kepadamulah Aku berkenan.” Jadi yang disapa dengan kata-kata itu ialah Yesus sendiri. Markus mencatat dalam Mrk 1:10, ketika keluar dari air, setelah dibaptis, Yesus langsung “melihat langit terkoyak …” Lukas menyampaikan kata-kata dari langit tadi setelah menyebut bahwa Yesus juga dibaptis dan “sedang berdoa ….” Kedua Injil ini memang hendak menekankan pengalaman batin Yesus ketika menerima baptisan itu. Pengalaman batin mendapati diri sebagai orang yang disapa sebagai “anak terkasih” oleh Dia yang ada di langit itu dimungkinkan oleh Roh Kudus yang turun ke atas Yesus. Ungkapan “anak terkasih” di situ berarti orang yang amat dekat, yang terpilih untuk menjalankan urusan-urusan Allah. Itulah maksud “kepadamu Aku berkenan”. Pengalaman batin ini kemudian menjadi kekuatan Yesus. Bagaimana dengan pemberitaan Matius?
Dalam Mat 3:17 didapati “Inilah anak-Ku yang terkasih, kepadanya Aku berkenan.” Jadi bukan sapaan ilahi kepada Yesus sebagaimana tercatat dalam Markus dan Lukas, melainkan sebuah pernyataan tentang dia. Matius kiranya bermaksud membuat yang dialami Yesus secara batin tadi akhirnya juga menjadi pengalaman semua yang hadir di situ, termasuk siapa saja yang menjadi pembaca Injilnya. Jadi ada pewartaan mengenai siapa Yesus itu kepada orang banyak. Dia itu orang yang amat dekat (“anak-Ku yang terkasih”) dengan Yang Ilahi dan mendapat perkenan dari-Nya untuk melakukan tindakan-tindakan di antara manusia atas nama-Nya.
Matius juga mendekatkan pengalaman batin Yesus kepada semua orang. Orang banyak dapat ikut serta di dalam pengalaman yang paling batin sekalipun. Bagaimana? Tentu saja bila ikut memperoleh Roh seperti Yesus sendiri. Dikatakan dalam Mat 3:17 (juga dalam Mrk 1:10 Luk 3:22), “Roh Allah seperti burung merpati turun ke atasnya.” Roh yang bisa tampil sebagai api yang membakar itu kini tampil sebagai yang lemah lembut. Tetapi daya-Nya tetap sama. Dan kekuatan yang turun ke atas Yesus dalam ujud yang lembut itu akan menjadi juga baptisan bagi orang banyak. Yohanes Pembaptis sendiri telah pernah mengatakan hal ini ketika menegaskan bahwa dia yang akan datang itu akan membaptis dengan Roh dan api (lihat Mat 3:11 Mrk 1:8 Luk 3:16 Yoh 1:33).

TENTANG BACAAN PERTAMA (Yes 42:1-4.6-7)
Bagian pertama, yakni ay. 1-4, dikenal sebagai kidung pertama mengenai Hamba Tuhan. (Ada tiga kidung serupa dalam kitab Yesaya, yakni 49:1-6, 50:4-11; 52:13-53:12). Digambarkan siapa seorang tokoh yang dipilih Yang Mahakuasa sendiri untuk “menyatakan/menegakkan hukum” di bumi (ay. 1). Maklum, “hukum” yang dimaksud di sini memang belum nyata ada dan belum dikenal baik. Justru kehidupan serta tindakan hamba terpilih inilah yang memungkinkan orang mengenalinya. Demi tujuan itulah tokoh tadi mendapat perkenan dari atas – dicurahi Roh-Nya. Dalam dunia Perjanjian Lama, biasanya “dicurahi Roh Tuhan” terjadi pada seorang tokoh yang ditugasi membela umat terhadap bangsa-bangsa penindas, seperti para pemimpin perang dalam kitab Hakim-Hakim. Namun dalam teks kali ini justru ditekankan sisi lain kehidupan tokoh hamba Tuhan ini. Ia tidak akan menggembar-gemborkan penugasannya (ay. 2: Ia tidak akan berteriak atau mengeraskan suara atau memperdengarkan suaranya di jalan). Ia tidak akan memakai kekerasan (ay. 3: Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskannya, sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkannya). Begitulah cara bertindak sang hamba pilihan Tuhan ini. Dan lebih lagi ia akan tahan uji, tidak membiarkan diri patah atau pudar hingga terlaksana tugasnya: membuat umat manusia sungguh mengenali hukum yang datang dari atas, membuat orang mengenal gerak-gerik kekuatan ilahi di dunia ini. Inilah yang ditandaskan kembali dalam ay. 6-7. Sang hamba akan menjadi “perjanjian” bagi umat manusia, maksudnya, menjadi jalan bertemu Yang Ilahi dan yang manusiawi. Dan bila terjadi maka kehidupan hamba itu menjadi terang yang menuntun semua orang ke sana. Para pengikut Yesus sudah sejak awal menerapkan gagasan ini kepadanya sebagaimana dapat dilacak kembali dari kisah peristiwa pembaptisan dalam Injil yang diulas di muka.

WARTA BAGI ZAMAN INI?
Apa yang bisa dipetik dari Injil mengenai pembaptisan Yesus tadi? Di muka dikatakan bahwa Yesus datang seperti orang banyak untuk menerima baptisan tobat, tetapi dalam kesempatan itu bukan hanya kesediaan memberi ruang gerak bagi Roh Allah yang menjadi nyata, melainkan juga kehadiran kekuatan ilahi sendiri. Kesediaannya berbagi kehidupan dengan orang banyak, dengan ikut merasakan kegelisahan, siap mengambil bagian dalam kerisauan orang banyak dalam menantikan kedatangan yang dijanjikan – itulah yang membuatnya dipenuhi Roh, menjadikannya orang yang amat dekat dengan Yang Ilahi sendiri dan diserahi tugas menghadirkan-Nya kepada siapa saja. Kesediaannya berbagi keprihatinan dengan orang banyak itu menjadi jalan bagi Yang Ilahi untuk hadir di tengah-tengah manusia. Yang Mahakuasa tidak meninggalkan kemanusiaan yang gelisah, yang menderita, yang mengalami kesusahan. Dan sekarang ini juga Yang Ilahi masih bisa hadir menghibur dan menolong yang menderita lewat kesediaan orang-orang yang mempedulikan keadaan mereka.

Salam hangat,
A. Gianto